Disaat merindui
Nasi yang kumakan seolah titik titik putih
Kumpulan buih mimpimu.
Yang kau ceritakan kala senja itu.
Kubaca buku sajalah..
Agar terusir wajahmu dari ingatku.
Tapi apa...???
Buku sejarah yang kubaca mengapa jadi puisi cinta?
Huruf hurufnya berbaris membentuk majas bersajak,
yang bercerita tentang simponi rindu dari orkestra cinta kita
Lantas Aku harus bagaimana?
Lebih baik kututup bukuku sajalah.
Ku ambil bantalku dan bersiap dalam lelapku.
Tapi apa... ???
Seolah tergambar menjelma nyata
engkau menari nari di mimpiku..
Tertawa menyeringai seakan sukses menancapkan belati rindu.
Arrggghhh...
Aku harus bagaimana?
Segera kubasuh wajahku.
Mata yang selalu melukis senyummu..
Kepala yang penat terkungkung rinduku...
Semuanyaaaa....
Sekarang aku
Bercengkrama dengan Tuhanku.
Kutundukkan rasa rindu dalam sujud
Kubasuh dilema dengan dzikir
Dan barulah rindu itu hilang
berjatuhan bersama air mataku.
Tuhan ku titipkan rinduku kepadaMu
Tidak ada komentar:
Posting Komentar