Sabtu, 17 September 2022

Dear Sahabat Onlineku

  

Maafkan aku Jauh membawamu pada samudera cerita imajinasi 

Mula rasanya biasa saja, namun seiring waktu berlalu rasa itu muncul seperti cuaca yang bergantian. Kadang dingin, kadang panas, dan acap kali tawar.

Rentetan detik kemudian perlahan-lahan membawa kita pada kumpulan kisah ini. Hingga hati ini merasa jika engkau seperti pagi, bepijar bak mentari yang mengepakan sayap semangat. 

Hati ini terisi. Seperti rindu yang pergi menuju muaranya. Kau seperti penyangga di sisi kalbuku. Rasa kosong dari luka yang bersebab mengecewakan.

Kepada bumi yang berotasi dan langit yang mengibarkan udara, aku hanya ingin katakan terimakasih telah mengungkapkan temani hari dalam lika liku.

Aku hanya ingin katakan padamu, aku sedang berada di tengah keriangan elegi yang memaksa nafasku menjadi sesak. 

Ada yang selalu ku ingat, tentang petuah mu jika hidup harus sepantas nya berjalan. Hidup untuk menyapa, berbagi, dan ramah pada siapa saja bahkan pada mereka yang menyapa batin ini begitu sesak.

Entah mengapa ragaku kerap patah hati. Melebihi senja yang melarungkan malam dalam pekat, hingga aku tersungkur dalam nanar jika memikirkan memang harus dicukupkan. 

Hidup itu pertunjukan seni yang menggairahkan, memanjakan mata dalam bahasa pemrograman logika sampai kita tau cara menerjemahkan luka.

Dear Sahabat Online ku 

Aku mencoba menyelesaikan semua kegelisahan agar bangkit dari sesak yang bertubi. 

Maafkan aku atas segala khilaf yang ku perbuat, kegelisahan ku yang melebihi urat dewasaku. Aku sudah menangis dalam pori udara yang bisu. Dan kini aku ingin tertawa meski sebentar saja.

Semoga kau adalah mentari yang selalu datang dengan 'selamat pagi' yang mengingatku saat kesedihan datang. Dan tetap tinggal saat senyumku kembali terang.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Peserta Selundupan yang Beruntung

Dering ponsel membuat jeda aktivitasku. Sebuah suara lembut menyapa syandu. “Halo sayang, bunda akan berkunjung ke Malang, bisakah kita bert...