Minggu, 20 Februari 2022

Zepeto Andalanku

 

Zepeto Andalanku

Widya Set i aningsih, S.Ag


 

Allah tidak akan membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya (QS: Al Baqrah:286)

 

Dalam waktu kurang lebih 545 hari, 13.080 jam dan 47.088.000 detik, virus Corona membuat terpisah dengan murid-murid tercinta. Bahkan hingga saat ini pembelajaran tatap muka terbatas harus diterapkan untuk memutus penyebaran virus ini. Masih saat itu di bulan Maret 2020, gubernur Jawa Timur Chofifah Indar Parawansah, mengumumkan tentang liburnya sekolah karena virus Corona menyerang dunia. Perasaanku berkawin jadi satu saat itu, antara bingung, kaget dan khawatir. Tentu saja jujur ​​ada rasa senang yang melimpah. “Wah dapat tambahan hari libur nih”, ucapku saat itu. Aku mengira ini hanya bersifat temporal saja. ternyata...?

Percobaan libur pertama dilakukan dalam satu Minggu. “Ah gampang, tugas bisa dikirim lewat WhatsAp”, pikirku saat itu. Akan tetapi ternyata semua tak semudah dugaanku. Sejalan dengan waktu belajar di rumah bertambah panjang, munculah berbagai kendala baru. Wali murid tidak puas dengan pembelajaran via WhatsAp, siswa merasa bosan, gagal faham, dan banyak lagi kendala yang dirasakan oleh siswa dan guru. Maka aku segera bertekad dalam hati, “Saatnya berubah”.

Jika Power Ranger berubah dari manusia biasa menjadi robot super, aku pun harus berubah. Bermetamorfosis dari guru yang gaptek menjadi guru yang melek teknologi. Guru yang membosankan menjadi guru yang kreatif. Bagaimana caranya?

Entah ini semua merupakan anugerah atau bencana. Di masa pandemi, bertebaran pelatihan online di mana-mana. Segera aku bersiap bersama-sama merapatkan barisan dengan seluruh guru di Indonesia yang terdampak pandemi. Pelatihan yang mendukung tugasku menjadi guru aku ikuti, baik yang berbayar maupun yang gratis. Hasilnya tidak hanya ilmu baru dan wawasan yang kudapatkan. Pelatihan online membuka jalur responden dengan sahabat se-nusantara.  Penghormatan setinggi-tingginya dan rasa terimakasih yang mendalam aku sampaikan kepada seluruh orang-orang hebat di negeri ini, atas keikhlasannya berbagi ilmu pada kami seluruh guru di Indonesia.

Pada awal-awal pembelajaran jarak jauh, banyak sekali kendala yang dialami siswa dan guru. Keadaan ini  pastinya patut dimaklumi. Mengingat pandemi ini adalah kondisi luar biasa yang baru kali ini dialami oleh seluruh masyarakat dunia. Semua dunia terhentak dan tak menyangka akan terjadinya pandemi seperti ini. Semua sektor lumpuh total. Dan yang paling terimbas dampaknya adalah sekolah.

 Sekolah bukan hanya tempat untuk transfer ilmu, tapi lebih dari itu.  Di sekolah tempat untuk menjalin interaksi antara guru dan murid. Penguatan nilai karakter, penanaman akhlak dan juga menjalin hubungan emosional yang erat antara guru dengan siswa, siswa dengan siswa dan siswa dengan sekolah.

Nilai-nilai itu tidak didapatkan dari pembelajaran jarak jauh, karena itu hanya bisa dilakukan dengan tatap muka. Meskipun sebenarnya bisa diupayakan, tapi tentu saja hasilnya tidak semaksimal jika dilakukan dengan tatap muka.

Selang satu bulan pembelajaran secara online berlangsung, MI Khadijah segera melakukan evaluasi. Kendala apa saja yang dialami guru, siswa dan berupaya menemukan solusi untuk mengatasinya. Dari hasil sharing antar guru, wali murid dan siswa di temukan beberapa kendala. Mi Khadijah pun bergerak dengan cepat dan tepat. Masalah pembelajaran segera diinventaris, dicermati dan dimusyawarakan untuk menemukan solusi pemecahannya.

Kendala yang dialami guru dan murid dalam pembelajaran jarak jauh hampir dialami oleh seluruh masyarakat dunia. Mulai dari masalah yang menjadi primadona utama saat pandemi yakni jaringan internet, gawai yang kurang memadai, aspek psikologis siswa, guru dan orangtua. Guru yang belum melek iptek, kurang pengalaman dalam melaksanakan metode dan media secara online.

Dari beberapa kendala diatas yang ingin saya bahas adalah tentang kurangnya penguasaan metode dan media pembelajaran secara online. Beberapa langkah tepat guna harus segera aku ambil.  Metode dan media pembelajaran segera aku revisi dengan cepat. Beberapa hal segera aku lakukan. Misalnya mencari informasi, diskusi dengan teman sejawat, orangtua dan orang-orang hebat. Metode dan media apa yang paling tepat, akurat dan menarik pada pembelajaran jarak jauh.

Bersyukur dengan banyaknya pelatihan secara online yang banyak bertebaran di era pandemi ini. Sebagai guru pembelajar, aku aktif mengikuti berbagai macam pelatihan. Mulai pelatihan bagaimana metode yang tepat saat pjj, medianya, teknisnya dan berbagai macam materi pelatihan yang lainnya. Hal ini semata-mata aku lakukan sebagai bentuk pelayanan terbaik untuk siswa.

 Setelah proses trial and error akhirnya aku menemukan media pembelajaran yang menarik. Selain menggunakan zoom meet/google meet sebagai ajang pertemuan virtual, aku mencoba media pembelajaran Zepeto. Kalau biasanya kita membuat video pembelajaran  dengan obyek guru secara langsung, maka video dengan menggunakan aplikasi Zepeto menggunakan tokoh kartun. Kudapatkan metode ini saat pembelajaran dengan Pak Afif, seorang motivator dari lembaga Training Center and Motivation. Mari kita kupas  tentang zepeto.

Zepeto adalah aplikasi jejaring sosial yang memungkinkan penggunanya membuat avatar digital lalu menjalin pertemanan. Zepeto adalah aplikasi besutan Snow Corporation, developer aplikasi yang didirikan pada tahun 2016 di Seongnam Korea Selatan yang merupakan anak usaha dari Naver Corporation (Wikipedia).

Zepeto merupakan sebuah aplikasi media sosial virtual seperti halnya instagram dan twitter. Jadi dengan menggunakan aplikasi Zepeto kita dapat terhubung dengan teman dari seluruh dunia. Hal menarik yang membedakan Zepeto dengan media sosial lainnya adalah  kita dapat membuat avatar sendiri.

Avatar adalah gambar tiga dimensi yang digunakan untuk menggambarkan seseorang dalam dunia maya. (KBBI). Jadi kita bisa menggunakan wajah kita sendiri untuk menggambarkan sosok kita di dunia maya. Gambar itu kemudian akan di setting mode kartun. Dan yang menariknya lagi kita bisa mendandani avatar kita tersebut sesuai dengan gaya yang kita inginkan.

 

Dalam aplikasi tersebut telah disiapkan, berpuluh-puluh mode baju, wig rambut, sepatu dan aksesoris pendukung seperti kacamata, anting, topi, gelang dan sebagainya.

Siapa sangka, ternyata aplikasi jejaring sosial dapat digunakan sebagai media pembelajaran online yang menarik. Mengapa menarik?

 

Gambar Aplikasi Zepeto

 

 

Mari kita ulas kelebihan apikasi Zepeto sebagai media pembelajaran.

1. Menarik.

Karena disetting mode kartun, maka menarik siswa. Apalagi siswa kelas kecil (kelas 1,2,3). Anak-anak sangat menyukai film kartun. Dengan menyaksikan video pembelajaran aplikasi Zepeto, mereka seperti menyaksikan film kartun kesukaannya. Tokoh avatar di dalamnya beragam tidak hanya satu karakter. Begitu pula suara dari avatar bisa kita ubah-ubah dengan bantuan aplikasi pembuat video.

2. Membangkitkan minat belajar siswa.

            Sesuai dengan karakter belajar siswa usia sekolah dasar menyukai bermain, bergerak dan menyanyi. Video dengan avatar Zepeto menarik minat siswa, karena avatar bisa bergerak-gerak sesuai dengan kebutuhan. Dengan menambahkan avatar yang sedang menyanyi dan menari seolah mengajak anak-anak untuk mengikutinya. Tentu saja video harus dibuat interaktif agar anak merasa terlibat didalamnya. 

3. Siswa lebih faham materi pembelajaran.

            Video pembelajaran dengan menggunakan aplikasi Zepeto bisa divariasikan sesuai dengan keinginan guru. Kita bisa menambahkan gambar, tulisan  dan video. Jadi penjelasan yang disampaikan detail dan runtut. Seolah-olah siswa berada dikelas berhadapan langsung dengan gurunya. 

            4. Cara penggunaannya cukup mudah.

            Untuk mendapatkan aplikasi ini yang pertama kali kita lakukan adalah mengunduh aplikasi ini di play store. Setelah itu melakukan registrasi melalui email. Selanjutnya silahkan membuat avatar sendiri. Mulai dari tampilan wajah, pakaian dan aksesorisnya. Mungkin masih bingung saat dibayangkan, tapi saat dicoba ternyata mudah. Anak seusia SD bahkan sudah bisa    menggunakannya.      

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 Setiap aplikasi

 tentu memiliki

 kelebihan dan

 kekurangan.

Begitupula

Dengan aplikasi

Zepeto.

 

 

                                       Gambar penggunaan Zepeto dalam video pembelajaran

 

            Beberapa kekurangan dari aplikasi Zepeto sebagai media pembelajaran adalah sebagai berikut.

            1. Membutuhkan ketelatenan pengguna.

            Aplikasi Zepeto tidak bisa langsung menjadi video. Akan tetapi harus digabungkan dengan aplikasi pembuat video lainnya. Misalnya Kine Master, Filmora go, Video Maker dan lain sebagainya. Prosesnya membutuhkan beberapa tahap. Mulai dari mendandani avatar sesuai karakternya. (saya memakai beberapa karakter, dari guru, siswa laki-laki, siswa perempuan) Kemudian mencari gerakan yang sesuai, setelah avatar diunduh proses selanjutnya adalah menjadikannya video.

            Video masih bersifat mentah, jadi harus ditambahkan suara avatar, musik, gambar, latar dan tulisan agar lebih menarik. Bisa juga menambahkan video lainnya sesuai kebutuhan materi pembelajaran.

            2. Membeli aksesoris pendukung.

            Aksesoris yang disediakan di aplikasi Zepeto sangat beragam. Mulai dari gaun, celana, blouse, sepatu dan aksesoris lainnya layaknya kita. Akan tetapi aksesoris itu tidak gratis. Melainkan didapatkan dengan cara membeli. Adapun cara membelinya dengan mengumpulkan koin yang kita dapatkan dengan cara membuka aplikasi itu. Jadi setiap membuka aplikasi kita akan mendapatkan uang yang bertahap besaran jumlahnya setiap harinya.

 

Dengan menggunakan media video Zepeto siswa-siswaku kembali bersemangat belajar. Hal ini dapat aku amati dari tanggapan siswa dan wali murid. Saat berjumpa secara virtual dengan anak-anak melalui zoom, terkadang saya tanyakan bagaimana tokoh Upik ?. (tokoh dalam video yang aku buat). Mereka menjawab “Upik lucu Bu”.

Banyak juga walimurid yang menyampaikan tanggapannya melalui whatsAp.

“Masyaallah, videonya bagus bu, anak saya jadi semangat belajar”.

(bunda Icha)

“ Bu guru videonya lucu saya suka”.

(ananda Bianca)

“Video yang keren Bu, selain interaktif tokoh-tokohnya seperti nyata. Seolah-olah anak-anak belajar langsung dengan bu Wid”.

(bunda Aya’)

Dan masih banyak lagi.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 


Tokoh avatar dalam Zepeto beragam

 

Bahkan video dengan aplikasi Zepeto mendapatkan pujian dan reward dari ibu kepala sekolah, sebagai video yang kreatif dan menarik siswa. Alhamdulillah usahaku membuahkan tanggapan yang positif.

Metode yang digunakan saat online dan offline tentu saja berbeda. Saat zoom misalnya, jalinlah komunikasi interaktif dengan siswa. Jadi tidak hanya hubungan satu arah saja. Tujuannya agar siswa tidak bosan karena mereka merasa terlibat langsung dalam pembelajaran. Bagaimana caranya?

Saat berjumpa secara virtual selain bertanya jawab dengan siswa, dan menguji spontanitas siswa. Kita bisa menerapkan ice breaking. Ice breaking memiliki banyak manfaat, antara lain menumbuhkan konsentrasi belajar, mengatasi kejenuhan, menyegarkan suasana, serta memacu otak bekerja secara maksimal. Apakah ice breaking bisa kita laksanakan saat pembelajaran online? Jawabannya sangat bisa.

Beberapa ice breaking yang sering saya terapkan saat zoom diantaranya, ikuti gerakan saya, tebak warna, kata kebalikan, menyanyi dengan simbol angka, dan masih banyak lagi. Bagaimana hasilnya? Rata-rata siswa saya tertarik dan ikut aktif didalamnya. Setelah situasi kondusif baru saya melanjutkan pembelajaran selanjutnya.

Begitulah sekelumit pengalaman saya, saat mengajar di masa pandemi. Intinya pilihan ada ditangan guru. Kita memilih menjadi guru yang bertopang dagu larut dalam suasana pandemi. Ataukah mengupgrade diri agar terus melaju. Meninggalkan zona nyaman dan bergegas memantaskan diri menjadi pembelajar sejati.

Apapun yang telah digariskan Allah tentu memiliki berbagai hikmah. Hanya saja kita sebagai manusia lemah terkadang lalai menyadarinya. Dengan adanya pandemi, guru-guru se Indonesia lebih melek teknologi. Guru-guru menjadi lebih pandai, kreatif dan rajin mengikuti berbagai pelatihan. Walaupun pandemi dianggap sebagai musibah, ternyata banyak juga anugerah yang didapatkan.

Segala sesuatu tergantung dari sisi kita memandangnya. Apakah kita hanya akan meneropong dari sisi gelap pandemi, atau mencoba menggeser pandangan melihat dari sisi terangnya. Betapa naif jika kita memandang hanya dari sisi hitam tanpa menyeimbangkan dari sisi putih suatu peristiwa. Karena disamping menjadi musibah, ternyata banyak hikmah yang kita ambil dari peristiwa pandemi.  Inilah sisi hitam putih pandemi.

 

 

BIONARASI

Penulis bernama Widya Setianingsih, S.Ag, lahir di kota Malang 29 September 1975. Putri dari Bapak Syarif (alm) dan Ibu Martini (alm).

Menjadi guru MI sejak tahun 2000, dan saat ini mengajar di MI Khadijah Malang. Sejak 12 tahun yang lalu menjabat sebagai Pimred majalah sekolah bertajuk Kharisma, aktif di organisasi Komisi Pendidikan Nasional, dan menjadi ketua penggiat literasi madrasah. Penulis sangat menyukai dunia menulis dan dunia mendongeng.

Memiliki buku solo, kumpulan puisi cinta yang berjudul Laras-Laras Makna dalam Puisi.

 

 

Buku antologi yang sudah diterbitkan adalah Buku Ajar Juara UAMBN, Bukan Guru Biasa, Bahagianya menjadi Guru, Berjuta Cinta dengan Cerita, Sekuntum Puisi, Bumi 14 hari, Kumandang Kisah remaja, Kado untuk ibu, Jejak Pena Pengembara Aksara, Kisah Laskar Ilmu di Masa Pandemi, Suara dalam Kata, Sekuntum Puisi, Sinergi Guru dan Siswa Melejitkan Prestasi, Merindukan Baitulloh dan Antologi Persahabatan, Kidung Cinta Sahabat.

 Penulis dapat dihubungi melalui wa (085954558358), Ig. Widyabisma, facebook Widya Althafian atau email widyabisma9@gmail.com

 

 

2 komentar:

  1. Inspiratif dan menarik. Terimakasih ilmunya, sangat bermanfaat.

    BalasHapus
  2. Luar biasa transformasinya! Tulisan yang menarik dan inspiratif. Terima kasih sudah berbagi, Bun.

    BalasHapus

Peserta Selundupan yang Beruntung

Dering ponsel membuat jeda aktivitasku. Sebuah suara lembut menyapa syandu. “Halo sayang, bunda akan berkunjung ke Malang, bisakah kita bert...