Minggu, 20 Februari 2022

Berpetualang Bersama Buku

 

Berpetualang Bersama Buku

Widya Setianingsih,S.Ag

 


            “BAAAM! Dari jarak sepuluh kilometer , melesat keluar dari dalam lautan seekor ikan raksasa-setidaknya bentuknya masih mirip ikan. Masih jauh, tapi sudah terihat besar sekali, lebih besar dibanding gurita yang mengejar kami beberapa hari lalu. Ikan ini memiliki enam tanduk, ekornya panjang dengan sirip-sirip melengkung bagai surai. Kulitnya berwarna kuning keemasan, memantulkan cahaya matahari. Aku mengeluh, tidakkah urusan ini  bisa lebih mudah? Kami bertiga masih dalam kondisi terikat, tidak bisa meloloskan diri, tidak bisa bergerak, ditambah lagi ikan raksasa ini.

            “BAAAM!Lima belas detik terbang di udara, ikan raksasa itu berdebam kembali memasuki lautan, membuat ombak tinggi, bagai gelombang tsunami puluhan meter. Hitungan detik, gelombang itu tiba, kapal kami yang terikat jangkar, terbanting kesana-kemari. Hanya karena jaring perak mengunci tubuh kami ke lantai kapal, kami tidak terlempar ke lautan. Tapi itu tetap tidak bisa melindungi dari lidah ombak, yang segera membuat kami basah kuyup. (Tere Liye dalam Komet Minor)

            Bagaimana membaca kutipan novel Tere Liye di atas seru bukan? Semua indera kita seakan ikut merasa. Netra membayangkan hamparan lautan luas dengan ikan raksasa enam surai. Hati turut menciut berdebar membayangkan dalam kondisi terikat  dihampiri ikan raksasa. Terkadang keringat dingin meleleh saking terbawanya dalam suasana mencekam. Itulah hebatnya sebuah buku. Sebuah buku mampu melayani semua indera kita seakan semua itu nyata adanya. Menerbangkan semua imaginasi kita di pusaran aksara sehingga kita terhanyut dalam sejuta rasa.

            Kecintaanku pada buku terasah sejak aku duduk di bangku sekolah dasar. Saat itu majalah yang paling popular adalah majalah Bobo. Beruntunglah orangtuaku menyadari jika putrinya gemar membaca. Maka setiap satu bulan dua kali datanglah tukang pos mengantar majalah Bobo ke rumah. Beranjak SMP genre bacaanku berganti. Saat itu beralih ke novel karangan Enid Blyton yaitu seorang penulis cerita anak berkebangsaaan Inggris yang telah menerbitkan ratusan judul buku. Buku-buku karangan Enid Blyton sampai sekarang masih memiliki tempat tersendiri di hati pembacanya. Terbukti dengan cetak ulangnya hingga saat ini telah terjual lebih dari 600 juta ekslempar dan diterjemahkan dalam 60 bahasa.

Saat itu aku gemar membaca 5 sekawan. Sebuah novel petualangan dan detektif anak. Bertokohkan 4 orang anak Julian, Dick, Georgina, Anne dan satu anjing blesteran yang setia yang bernama Timmy. Novel 5 sekawan kudapatkan dari perpustakaan sekolah, dan tak jarang tukar pinjam dengan teman-teman SMP. Masih kuingat judul yang kubaca saat itu antara lain: Berburu Harta Finniston, Menyamarkan Teman, Ke pulau Harta, Bukit Byliicock, Kereta Hantu, Minggat, Berkelana, Sirkus Misterius, Rawa Rahasia, Pulau Seram dan masih banyak lagi. Apa yang aku rasakan saat membaca novel lima sekawan? Semua inderaku terasah. Imaginasiku bergerak liar dan bebas. Seolah aku ikut bertualang bersama lima sekawan. Memecahkan misteri yang rumit, dan bertualang di alam pedesaan Inggris. Wow sensasi yang seru dan mengasyikkan.  Meninggalkan senyum puas saat menutup novel itu di bagian epilog. Sungguh suatu sensasi yang tidak bisa dirasakan kecuali oleh sama-sama peminat buku petualangan.

Hingga saat ini aku sudah dewasa, menikah dan memiliki dua putra. Kecintaanku pada buku tidak pernah pudar. Hanya saja buku yang kubaca semakin beragam. Disamping membaca buku non fiksi sebagai tuntutan karena profesi, tak jarang membaca buku fiksi menjadi pelarianku saat jenuh melanda. Membaca buku bukan hanya membuka jendela dunia, tapi lebih dari itu. Bagiku buku sebagai hiburan yang menggairahkan. Setelah otak bekerja dalam kecepatan maksimal, butuh pulling down dan itu kudapatkan dari buku.

Saat menggenggam buku baru yang aku sukai, seakan enggan aku berpisah dan mengakhirinya. Ada perasaan eman jika aku terburu-buru mengakhirinya. Jadi antara rasa eman dan penasaran menjadi satu. Pilihan buku petualang yang aku sukai sekarang adalah buku karya Tere Liye. Sepertinya hampir semua judul buku karangan Tere Liye sudah aku tuntaskan. Sebut saja bercerita tentang petualangan Raib, Seli dan Ali menjelajahi dunia antar klan untuk menaklukkan Pangeran Nir mahkota. Memiliki kekuatan ajaib dari bulan, matahari dan bumi. Keseruan itu semua dapat kita reguk nikmatnya dalam buku yang berjudul Matahari, Bulan, Bintang, Komet, Komet Minor, Ceros dan Batozar, Lumpu dan Si Putih. Kesemuanya itu  sudah tuntas aku baca. Bagaimana ceritanya? Wow seruuu pakai bingitsss...Walaupun ceritanya sarat dengan khayalan yang tak mungkin terjadi, tapi didalamnya banyak diselipkan pesan-pesan moral tentang kehidupan, persaudaraan dan cinta kasih.

Kapan aku membaca buku? Tentu saja setiap hari aku sempatkan diri untuk  membaca. Seolah ada sesuatu yang kurang jika aku belum membaca. Setiap akan tidur kuusahakan untuk membaca apapun genrenya. Dan saat buku kesukaannku sudah tergenggam di tangan, sebanyak 500 halaman akan tuntas dalam waktu 2 hari. Begitulah aku betah berlama-lama dengan buku yang aku sukai. Bagiku menonton film atau membaca buku dengan judul yang sama lebih seru membaca bukunya. Dalam film, imaginasi kita sudah tergambar dengan jelas dalam setting layar dan penokohannya. Imaginasi kita terkotak dalam layar dua dimensi.  Akan tetapi saat kita membaca, imaginasi kita terbang bebas setinggi khayalan yang ingin kita cipta.

Sayangnya kegemaranku membaca buku tidak kuiringi dengan menulis. Saat beranjak remaja dan terkena virus cinta monyet,  memang aku selalu mengisi buku diary pinkku dengan coretan-coretan picisan. Tapi hanya terbatas sampai diary. Pernah juga berkhayal seandainya aku memiliki buku petualangan yang aku tulis sendiri pasti seru sekali. Tapi yaah semua itu hanya sebatas angan-angan yang menggantung di langit-langit kamar dan segera menguap karena tergerus kesibukan.

 Hingga kemudian aku tergabung di kelas menulis asuhan bloger nasional Om Jay. Disitulah jemariku diasah untuk menari lincah. Menuliskan segala narasi yang selama ini berjubel sesak didalam kepala. Mengikuti berbagai macam antologi hingga menambah rasa percaya diriku untuk menulis. Aihh ternyata bisa juga aku menulis. Saat ini tak kurang 17 an buku antologi yang sudah ada dalam genggaman. Dan yang paling membanggakan aku bisa menghasilkan satu buku solo, wow its my dream. Buku kumpulan puisi tentang cinta yang berjudul Laras-Laras Makna dalam Puisi mengantarkan aku menjadi peserta gelombang 21  yang lulus pertama dengan predikat terbaik. Alhamdulillah. Benang merah yang bisa kutarik. Saat menulis tidak hanya butuh kekuatan hati dan ketrampilan. Sedikit pressure ternyata menjadi hal mujarab yang memaksa kita harus tetap menulis. Disamping itu kita butuh tangan-tangan yang mengokohkan dan membuat kita tetap berdiri. Terimakasih orang-orang baik yang terus mendampingiku hingga saat ini.

Impianku untuk menulis cerita petualangan seakan segera menemui takdirnya. Saat ini aku sedang fokus menulis cerita anak tentang petualangan. Akan kutuangkan kisah-kisah yang selama ini kubaca dalam cerita anak. Akan kuajak anak Indonesia menerbangkan imaginasi mereka seluas angkasa dan sedalam samudra. Kan kutitipkan pesan moral tentang cinta kasih, persahabatan, dan kasih sayang. Kelak mereka menjadi generasi berbudi yang setia menjaga janji kehidupan.

Sebuah buku memiliki kekuatan ajaib. Kekuatan tentang rasa cinta. Sebuah buku mampu menerbangkan pembaca melintasi dimensi ruang dan waktu. Membuat pembaca mengunjungi tempat-tempat dan waktu-waktu yang jauh. Buku juga mengajak pembaca mengalami petualangan. Yah petualangan  yang mungkin tak akan pernah kita alami  alami di dunia nyata, menembus imaginasi dan kegembiraan masa kecil saat menemukan suaka kehidupannya.

Buku telah mengajariku tentang banyak hal. Dari buku aku menemukan kegembiraan masa kecilku saat bermain di sepanjang tepian ilalang. Membuka batas pandang dan meluaskan ruang berpikirku. Segala hal tentang kehidupan banyak kupelajari dari buku, yang tentu saja itu tak kudapatkan di bangku sekolah. Impian bertualang ke Cappadogia, ke Istana Taj Mahal, dan keliling dunia misalnya dapat terealisasi dalam buku. Perjalanan yang bisa ku hinggapi kapan saja dalam sekejap mata. Terimakasih buku kau juga membuat namaku abadi dalam karya. Kan kutorehkan segala kisahku dalam buku, hingga saat akupun sudah bersemayam dalam keabadian namaku akan selalu terkenang dalam goresan.

 “Jangan tidur sebelum membaca, dan jangan mati sebelum menulis.”

 

DRAP! DRAP! Robot besar itu merangsek maju, dua tangannya teracung.

“Bersiap!” Tazk berseru.

Mata mendengus, siap membuat benteng pertahanan.

BLAR! Terdengan suara kencang. Robot di depan ternyata membelah diri menjadi empat benda terbang. Dua tangannya, dua kakinya terlempar, sekejap telah menjadi pesawat tempur nir-awak. Sementara badan dan kepalanya, kembali menumbuhkan kaki dan tangan yang baru. DRAP! DRAP! Terus maju. Tangan baru itu meninju kedepan.

BUM!!!

Tameng transparan mata bergetar. Tapi tidak Meletus. Itu tameng yang kokoh. Kaki-kaki Mata tidak bergetar walau sesenti.

Awas!! Tazk berseru.

 

Maaf  ya pembaca kutinggalkan dulu kalian untuk bertualang bersama Tere Liye dalam menaklukkan dunia paralel Nebula.

 

 

 

BIONARASI

 

 

 

 

 

 

 


Penulis bernama Widya Setianingsih, S.Ag, lahir di kota Malang. Putri dari Bapak Syarif dan Ibu Martini.

Menjadi guru MI sejak tahun 2000, dan saat ini mengajar di MI Khadijah Malang. Sejak 10 tahun yang lalu menjabat sebagai Pimpinan redaksi majalah sekolah bertajuk Kharisma, aktif di organisasi Komisi Pendidikan Nasional, dan menjadi ketua penggiat literasi madrasah. Penulis sangat menyukai dunia menulis dan dunia mendongeng.

Memiliki buku solo, kumpulan puisi cinta yang berjudul Laras-Laras Makna dalam Puisi.

Buku antologi yang sudah diterbitkan adalah Buku Ajar Juara UAMBN, Bukan Guru Biasa, Bahagianya menjadi Guru, Berjuta Cinta dengan Cerita, Sekuntum Puisi, Bumi 14 hari, Kumandang Kisah remaja, Kado untuk ibu, Jejak Pena Pengembara Aksara, Kisah Laskar Ilmu di Masa Pandemi, Suara dalam Kata, Sekuntum Puisi, Sinergi Guru dan Siswa Melejitkan Prestasi, Merindukan Baitulloh, Kidung Cinta Sahabat dan Kisah Para Pendaki Mimpi.

 Penulis dapat dihubungi melalui wa (085954558358), Ig. Widyabisma, facebook Widya Althafian atau email widyabisma9@gmail.com. Dan alamat blog https://widyabisma.blogspot.com/

 

 

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Peserta Selundupan yang Beruntung

Dering ponsel membuat jeda aktivitasku. Sebuah suara lembut menyapa syandu. “Halo sayang, bunda akan berkunjung ke Malang, bisakah kita bert...