Minggu, 20 Februari 2022

Biarkan Mereka Berbeda

 


            Setiap anak memiliki kecerdasan dan keunikan masing-masing. Bagaimana mungkin anak yang dilahirkan dari ayah dan ibu yang berbeda dituntut memiliki kecerdasan yang sama. Sedangkan anak kembar yang satu ayah dan ibu terkadang memiliki perbedaan dalam kemampuan. Itulah anak-anak memiliki keunikan masing-masing.

            Hal mendasar tersebut harus dipahami oleh orangtua dan guru. Karena setiap anak itu berbeda. Setiap anak memiliki kecerdasan dan keunikan masing-masing. Tugas orangtua dan guru adalah mengoptimalkan dan mengembangkan potensi sesuai bakat anak.

            Ada sebuah cerita motivasi yang mengingatkan kita sebagai orangtua dan guru. Pada suatu hari sebuah sekolah hewan di hutan mengadakan lomba. Lomba berenang, lomba terbang dan memanjat. Semua binatang harus mengikuti ketiga jenis lomba tersebut tanpa terkecuali. Seekor tupai kalah dalam lomba berenang dan terbang. Tapi dia unggul dalam lomba memanjat. Seekor elang unggul dalam lomba terbang. Tapi dia jelas kalah dengan ikan dalam lomba berenang. Dan seekor ikan tidak jago memanjat tapi dia juara dalam lomba berenang. Intinya sampai kapanpun seekor ikan tidak akan bisa memanjat ataupun terbang, pun sebaliknya elang tak akan mampu berenang,

            Nah dari cerita ilustrasi di atas menggambarkan bahwa setiap anak memiliki kelebihan di bidangnya masing-masing. Apakah lantas kita mencap bodoh pada seorang anak yang tidak pandai matematika tapi jago dalam olahraga. Sebagai orangtua dan guru tentu naif sekali jika memiliki pemikiran tersebut.

            Adalah seorang anak yang bernama Faiz Putra Prasetyo. Saat duduk di kelas satu anak ini terlihat biasa-biasa saja. Bahkan dalam segi akademik tidak begitu menonjol. Kurang lancar membaca, dan berhitung, Akan tetapi dia suka sekali bercerita, ekspresif dan percaya diri. Saat ditunjuk membaca dia akan terbata-bata. Akan tetapi saat ditunjuk untuk melakukan sesuatu di depan kelas dia jagonya. Misalnya menyanyi, menari, membaca puisi atau bercerita.

            Beberapa guru sering sharing denganku tentang kemampuan kognitif Faiz. Sebagai walikelas, selalu menerima laporan anak didikku di pelajaran lainnya yang tidak aku ampu. Memang nilai yang diperoleh Faiz dalam segi akademik kurang memuaskan. Ibunda Faiz sering aku ajak diskusi tentang kekurangannya. Setiap pulang sekolah aku adakan remidial teaching untuk belajar membaca, menulis dan mengulang kembali pelajaran di kelas. Dan Faiz termasuk dalam salah satu siswaku yang menerima remidial teaching tersebut.

            Setelah satu tahun di kelas 1 saat pembagian raport, Faiz naik kelas. Walaupun dalam segi akademik menempati peringkat tiga dari bawah. Saat itu peringkat masih menjadi tolok ukur bagi orangtua untuk menentukan tingkat prestasi anaknya di kelas. Di waktu rapat penerimaan raport aku selalu menekankan bahwa peringkat bukanlah salah satu target pendidikan. Akan tetapi rupanya budaya saat mereka sekolah dulu telah tertancap di mindseat orangtua. Setiap penerimaan raport yang ditanyakan “Anakmu peringkat piro?” (anakmu peringkat berapa)

            Ibunda Faiz menerima hasil belajar putranya dengan legowo (lapang dada). Menyadari bahwa memang putranya memiliki kelemahan di bidang akademik. Aku hibur beliau dengan kata-kata berikut.

            “Bunda, setiap anak memiliki kelebihan dan kekurangannya masing-masing”. “Faiz memang lemah di bidang akademik, tapi coba bunda lihat kelebihannya”. “Dia anak yang ceria, percaya diri dan selalu menyayangi teman-teman di sekitarnya’.

            “Hari ini kita belum melihat bakat Faiz, tapi Insyaallah selanjutnya bakat Faiz akan segera kita temukan”. Ucapku kala itu. Dan memang itu terbukti di tahun-tahun selanjutnya.

            Saat itu di Kota Malang akan diadakan perhelatan seni dan olahraga. PORSENI atau pekan olahraga dan seni. Setiap sekolah berlomba-lomba menunjukkan kemampuan siswanya di berbagai bidang. Ibu wakil kepala sekolah menunjukku untuk bertanggung jawab pada lomba paduan suara dan pantomim. Untuk lomba paduan suara sekolah kami sudah siap. Karena memiliki grup paduan suara yang rutin dilatih oleh guru vokal yang cukup kompeten. Yang aku cemaskan adalah lomba pantomim.

Selama ini memang sekolah kami tidak pernah mengikuti lomba pantomim. Selain itu mencari anak yang bisa dilatih pantomim ini juga tidak mudah. Setelah mempelajari materi lomba, aku pun memutuskan membuat audisi. Dari hasil audisi itu aku memilih Faiz (saat itu masih kelas tiga) dan Arvin (kelas 4) untuk mengikuti lomba pantomim. Faiz begitu antusias saat kupilih, bahkan dia selalu menyemangati Arvin kakak kelasnya yang terlihat malu-malu dan kurang percaya diri. Akhirnya jadwal latihan dimulai. Satu jam setiap pulang sekolah. Karena waktu lomba hanya 1 Minggu.

            Saat mereka tampil saya yang merasa gugup. Menyaksikan lawan-lawan yang berpengalaman. Karena mereka sering mengikuti lomba pantomim. Tiba pada penampilan Faiz dan Arvin. Yess berjalan dengan lancar sesuai dengan latihan. Pengumuman pemenang disampaikan hari itu juga. Grup paduan suara meraih juara dua. Aku tidak berharap banyak pada lomba pantomim. Mengingat jumlah peserta yang cukup banyak dan penampilan mereka yang bagus-bagus. Tak disangka Faiz dan Arvin menjadi juara dua se Kota Malang mengalahkan puluhan peserta lainnya. Alhamdulillah...

           

 

 

 

 

 

 

 

 


         Faiz dan Arvin dalam lomba pantomim tingkat kota (Faiz ditunjuk anak panah)

 

Sejak saat itu aku eksplore bakat terpendam Faiz lainnya. Aku motivasi Faiz untuk mengoptimalkan latihan  menggali bakatnya yang lain. Saya mulai melatihnya untuk membaca puisi, pidato dan dai cilik. Setiap ada acara disekolah, Faiz saya tunjuk untuk tampil. Misalnya pada saat peringatan hari besar Islam, Faiz dan beberapa anak lainnya yang berbakat ditunjuk. Hal ini untuk melatih keberanian dan rasa percaya diri mereka tampil di depan umum.

            Ibunda Faiz mendukung bakat putranya. Melihat Faiz memiliki kemampuan di bidang seni, beliau senang sekali. Pernah Beliau berkata pada saya.

            “Alhamdulillah Bu Wid, ternyata walaupun Faiz tidak menonjol di bidang akademik ternyata dia memiliki bakat di bidang seni”, ujar ibunda Faiz terharu.

           

            Saat itu ada event lomba di tingkat kota. Baiklah sudah waktunya keluar dari kandang untuk menunjukkan kemampuan di luar sekolah. Selama satu tahun, berbagai lomba skala kecil dan besar aku ikutkan Faiz. Saat itu ia masih duduk di kelas 3. Tujuan mengikuti lomba bukan semata-mata menjadi juara. Tapi lebih sebagai bekal dan pengalaman untuk memperbaiki kemampuannya. Memang itu yang selalu aku tekankan pada anak-anak sebelum mengikuti lomba. Tampil yang terbaik, menang bukan target utama. Semata-mata agar anak-anak tidak tertekan, bisa mengikuti lomba dengan enjoy. Dan jika kalah tidak merasa bersalah, down atau patah semangat.

            Di awal-awal lomba Faiz tidak mendapatkan nominasi. Akan tetapi banyak pelajaran dan pengalaman yang ia dapatkan. Setiap kali selesai lomba, kami selalu berdiskusi. Apa kekurangan dan kelebihan peserta lain. Kami evaluasi apakah kekurangannya saat tampil. Untuk selanjutnya sebagai bahan perbaikan.

            Pada tahun 2018, Kemenag Kota Malang kembali mengadakan PORSENI. Kali ini seluruh guru di sekolah kami bekerja keras melatih anak-anak. Saling bahu membahu antara guru, orangtua dan sekolah. Akhirnya apa yang menjadi harapan sekolah selama ini tercapai. Di tingkat Kecamatan Klojen beberapa siswa menjadi juara. Termasuk Faiz menjadi juara 1 lomba membaca puisi. Dan sebagai juara 1 akan mewakili wilayah masing-masing untuk maju di tingkat Kota.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

                           

Faiz saat memperoleh piala penghargaan

 

 Pada Porseni  tahun 2019 hampir di semua cabang lomba, siswa MI Khadijah mendapatkan nominasi. Berikut rekapitulasi perolehan kejuaraan tersebut:

Juara 1 tenis meja pa

Juara 2 tenis meja pa

Juara 1 tenis meja pi

Juara 3 puisi pa

Juara 3 tenis meja pi

Juara hrp 1 tenis meja pi

Juara 1 catur pi

Juara hrpn 1 catur pi

Juara 3 catur pa

Juara harapan 1 catur pa

Juara harapan 2 catur pa

Juara harapan 3 sprit pa

Juara 2 bulutangkis pi

Juara 1 pidato bhs arab pi

Juara 3 pidato bhs arab pa

Juara 3 pidato bhs inggris pi

Juara 2 kaligrafi pa

 

 

            Alhamdulillah di tingkat kota Faiz memperoleh juara 3. Semangat dan rasa percaya dirinya semakin meningkat. Faiz menyiapkan dirinya untuk menjadi juara. Mental dan kemampuannya semakin meningkat. Hal ini tak lain berkat bimbingan dan suport dari guru-guru di MI Khadijah yang tak kenal lelah membimbing siswa-siswinya.

 

            Di ajang-ajang selanjutnya prestasi Faiz semakin melaju. Baik event di tingkat kota, provinsi maupun skala nasional diikutinya. Berikut prestasi Faiz di bidang seni.

 

1. Juara 2 lomba pantomim tingkat Kota Malang tahun 2017

2. Juara 1 cabang puisi putra PORSENI KKM Klojen tahun2019

3. Juara 3 cabang puisi putra PORSENI tingkat Kota Malang tahun2019

4. Juara 1 lomba adzan Excellent Smart Competition tingkat nasional tahun 2020

5. Juara 2 membaca puisi dalam acara festival anak bangsa 2020

6. Juara 1 lomba puisi dalam rangka HUT RI ke-75

7. Juara 4 lomba membaca puisi kategori SD Excellent Smart Competition tingkat nasional tahun 2020

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 


           

 

Beberapa penghargaan yang telah Faiz peroleh

 

Ketrampilan seni yang dimiliki oleh Faiz dilirik oleh guru koordinator multimedia di MI Khadijah. Akhirnya Faiz di bimbing untuk menjadi aktor dan vlogger. Darah seni sepertinya mengalir deras di tubuh Faiz. Beberapa video dengan peran utama mampu dibawakan dengan apik. Acapkali video untuk lomba dan event-event madrasah melibatkan Faiz sebagai tokohnya.

 

Saat ini Faiz telah lulus dari MI Khadijah (lulus tahun 2020). Ia menjadi santri tahun pertama di sebuah pesantren di kota Malang. Selama di pesantren bakat Faiz tetap di asah. Rupanya pondok pesantren melihat bakat Faiz, sehingga ia sering diikutkan di beberapa acara di pondok pesantren.

 

Faiz Putra Prasetyo, muridku yang tidak jago matematika dan IPA. Tapi dia mampu melaju menutupi kekurangannya dengan segala bakatnya. Terus berkarya anakku, tunjukkan talentamu pada dunia. Buktikan bahwa setiap anak itu bisa sukses dengan bakatnya masing-masing. Agar setiap orangtua dan guru sadar, bahwa setiap anak tidak bisa dipaksa untuk memiliki kemampuan yang sama. Biarkan mereka terbang bebas dengan kepak sayap kecil mereka. Meraih bintang dengan pendar dan warna yang tak harus sama. Tugas kita menyirami tunas kecilnya agar kelak menjadi orang yang rindangnya membawa manfaat bagi sesama.

 

 


BIONARASI
Penulis Bernama Widya Setianingsih, S.Ag, lahir di kota Malang 29 September 1975.Putri dari Bapak Syarif (alm) dan Ibu Martini (alm)

Menjadi guru MI sejak tahun 2000, dan saat ini mengajar di MI Khadijah Malang. Menjabat sebagai Pimred majalah sekolah, dan ketua penggiat literasi madrasah. Penulis sangat menyukai dunia menulis dan dunia mendongeng.Buku antologi yang sudah diterbitkan adalah Bukan Guru Biasa, Bahagianya menjadi Guru, Berjuta Cinta dengan Cerita, Sekuntum Puisi, Bumi 14 hari, Kumandang Kisah remaja, Kado untuk ibu dan Jejak Pena Pengembara Aksara.  Penulis dapat dihubungi melalui wa (085954558358), Ig. Widyabisma atau email widyabisma9@gmail.com

 

 

 

 

 

 

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Peserta Selundupan yang Beruntung

Dering ponsel membuat jeda aktivitasku. Sebuah suara lembut menyapa syandu. “Halo sayang, bunda akan berkunjung ke Malang, bisakah kita bert...