Setiap anak
memiliki kecerdasan dan keunikan masing-masing. Bagaimana mungkin anak yang
dilahirkan dari ayah dan ibu yang berbeda dituntut memiliki kecerdasan yang
sama. Sedangkan anak kembar yang satu ayah dan ibu terkadang memiliki perbedaan
dalam kemampuan. Itulah anak-anak memiliki keunikan masing-masing.
Hal mendasar tersebut
harus dipahami oleh orangtua dan guru. Karena setiap anak itu berbeda. Setiap
anak memiliki kecerdasan dan keunikan masing-masing. Tugas orangtua dan guru
adalah mengoptimalkan dan mengembangkan potensi sesuai bakat anak.
Ada sebuah cerita motivasi
yang mengingatkan kita sebagai orangtua dan guru. Pada suatu hari sebuah
sekolah hewan di hutan mengadakan lomba. Lomba berenang, lomba terbang dan
memanjat. Semua binatang harus mengikuti ketiga jenis lomba tersebut tanpa
terkecuali. Seekor tupai kalah dalam lomba berenang dan terbang. Tapi dia
unggul dalam lomba memanjat. Seekor elang unggul dalam lomba terbang. Tapi dia
jelas kalah dengan ikan dalam lomba berenang. Dan seekor ikan tidak jago
memanjat tapi dia juara dalam lomba berenang. Intinya sampai kapanpun seekor
ikan tidak akan bisa memanjat ataupun terbang, pun sebaliknya elang tak akan
mampu berenang,
Nah dari cerita ilustrasi
di atas menggambarkan bahwa setiap anak memiliki kelebihan di bidangnya
masing-masing. Apakah lantas kita mencap bodoh pada seorang anak yang tidak
pandai matematika tapi jago dalam olahraga. Sebagai orangtua dan guru tentu
naif sekali jika memiliki pemikiran tersebut.
Adalah seorang anak yang
bernama Faiz Putra Prasetyo. Saat duduk di kelas satu anak ini terlihat
biasa-biasa saja. Bahkan dalam segi akademik tidak begitu menonjol. Kurang
lancar membaca, dan berhitung, Akan tetapi dia suka sekali bercerita, ekspresif
dan percaya diri. Saat ditunjuk membaca dia akan terbata-bata. Akan tetapi saat
ditunjuk untuk melakukan sesuatu di depan kelas dia jagonya. Misalnya menyanyi,
menari, membaca puisi atau bercerita.
Beberapa guru sering
sharing denganku tentang kemampuan kognitif Faiz. Sebagai walikelas, selalu
menerima laporan anak didikku di pelajaran lainnya yang tidak aku ampu. Memang
nilai yang diperoleh Faiz dalam segi akademik kurang memuaskan. Ibunda Faiz
sering aku ajak diskusi tentang kekurangannya. Setiap pulang sekolah aku adakan
remidial teaching untuk belajar membaca, menulis dan mengulang kembali
pelajaran di kelas. Dan Faiz termasuk dalam salah satu siswaku yang menerima remidial
teaching tersebut.
Setelah satu tahun di
kelas 1 saat pembagian raport, Faiz naik kelas. Walaupun dalam segi akademik
menempati peringkat tiga dari bawah. Saat itu peringkat masih menjadi tolok
ukur bagi orangtua untuk menentukan tingkat prestasi anaknya di kelas. Di waktu
rapat penerimaan raport aku selalu menekankan bahwa peringkat bukanlah salah
satu target pendidikan. Akan tetapi rupanya budaya saat mereka sekolah dulu
telah tertancap di mindseat orangtua. Setiap penerimaan raport yang ditanyakan
“Anakmu peringkat piro?” (anakmu peringkat berapa)
Ibunda Faiz menerima hasil
belajar putranya dengan legowo (lapang dada). Menyadari bahwa memang
putranya memiliki kelemahan di bidang akademik. Aku hibur beliau dengan
kata-kata berikut.
“Bunda, setiap anak
memiliki kelebihan dan kekurangannya masing-masing”. “Faiz memang lemah di
bidang akademik, tapi coba bunda lihat kelebihannya”. “Dia anak yang ceria,
percaya diri dan selalu menyayangi teman-teman di sekitarnya’.
“Hari ini kita belum
melihat bakat Faiz, tapi Insyaallah selanjutnya bakat Faiz akan segera kita
temukan”. Ucapku kala itu. Dan memang itu terbukti di tahun-tahun selanjutnya.
Saat itu di Kota Malang
akan diadakan perhelatan seni dan olahraga. PORSENI atau pekan olahraga dan
seni. Setiap sekolah berlomba-lomba menunjukkan kemampuan siswanya di berbagai
bidang. Ibu wakil kepala sekolah menunjukku untuk bertanggung jawab pada lomba
paduan suara dan pantomim. Untuk lomba paduan suara sekolah kami sudah siap.
Karena memiliki grup paduan suara yang rutin dilatih oleh guru vokal yang cukup
kompeten. Yang aku cemaskan adalah lomba pantomim.
Selama ini memang sekolah kami tidak pernah mengikuti
lomba pantomim. Selain itu mencari anak yang bisa dilatih pantomim ini juga tidak
mudah. Setelah mempelajari materi lomba, aku pun memutuskan membuat audisi.
Dari hasil audisi itu aku memilih Faiz (saat itu masih kelas tiga) dan Arvin
(kelas 4) untuk mengikuti lomba pantomim. Faiz begitu antusias saat kupilih,
bahkan dia selalu menyemangati Arvin kakak kelasnya yang terlihat malu-malu dan
kurang percaya diri. Akhirnya jadwal latihan dimulai. Satu jam setiap pulang
sekolah. Karena waktu lomba hanya 1 Minggu.
Saat mereka tampil saya yang
merasa gugup. Menyaksikan lawan-lawan yang berpengalaman. Karena mereka sering
mengikuti lomba pantomim. Tiba pada penampilan Faiz dan Arvin. Yess berjalan
dengan lancar sesuai dengan latihan. Pengumuman pemenang disampaikan hari itu
juga. Grup paduan suara meraih juara dua. Aku tidak berharap banyak pada lomba
pantomim. Mengingat jumlah peserta yang cukup banyak dan penampilan mereka yang
bagus-bagus. Tak disangka Faiz dan Arvin menjadi juara dua se Kota Malang
mengalahkan puluhan peserta lainnya. Alhamdulillah...
Faiz dan Arvin
dalam lomba pantomim tingkat kota (Faiz ditunjuk anak panah)
Sejak saat itu aku eksplore bakat terpendam Faiz
lainnya. Aku motivasi Faiz untuk mengoptimalkan latihan menggali bakatnya yang lain. Saya mulai
melatihnya untuk membaca puisi, pidato dan dai cilik. Setiap ada acara
disekolah, Faiz saya tunjuk untuk tampil. Misalnya pada saat peringatan hari
besar Islam, Faiz dan beberapa anak lainnya yang berbakat ditunjuk. Hal ini
untuk melatih keberanian dan rasa percaya diri mereka tampil di depan umum.
Ibunda
Faiz mendukung bakat putranya. Melihat Faiz memiliki kemampuan di bidang seni,
beliau senang sekali. Pernah Beliau berkata pada saya.
“Alhamdulillah
Bu Wid, ternyata walaupun Faiz tidak menonjol di bidang akademik ternyata dia
memiliki bakat di bidang seni”, ujar ibunda Faiz terharu.
Saat itu ada event lomba
di tingkat kota. Baiklah sudah waktunya keluar dari kandang untuk menunjukkan
kemampuan di luar sekolah. Selama satu tahun, berbagai lomba skala kecil dan
besar aku ikutkan Faiz. Saat itu ia masih duduk di kelas 3. Tujuan mengikuti
lomba bukan semata-mata menjadi juara. Tapi lebih sebagai bekal dan pengalaman
untuk memperbaiki kemampuannya. Memang itu yang selalu aku tekankan pada
anak-anak sebelum mengikuti lomba. Tampil yang terbaik, menang bukan target
utama. Semata-mata agar anak-anak tidak tertekan, bisa mengikuti lomba dengan
enjoy. Dan jika kalah tidak merasa bersalah, down atau patah semangat.
Di awal-awal lomba Faiz
tidak mendapatkan nominasi. Akan tetapi banyak pelajaran dan pengalaman yang ia
dapatkan. Setiap kali selesai lomba, kami selalu berdiskusi. Apa kekurangan dan
kelebihan peserta lain. Kami evaluasi apakah kekurangannya saat tampil. Untuk
selanjutnya sebagai bahan perbaikan.
Pada tahun 2018, Kemenag
Kota Malang kembali mengadakan PORSENI. Kali ini seluruh guru di sekolah kami
bekerja keras melatih anak-anak. Saling bahu membahu antara guru, orangtua dan
sekolah. Akhirnya apa yang menjadi harapan sekolah selama ini tercapai. Di tingkat
Kecamatan Klojen beberapa siswa menjadi juara. Termasuk Faiz menjadi juara 1
lomba membaca puisi. Dan sebagai juara 1 akan mewakili wilayah masing-masing
untuk maju di tingkat Kota.
Faiz saat memperoleh piala penghargaan
Pada Porseni tahun 2019 hampir di semua cabang lomba,
siswa MI Khadijah mendapatkan nominasi. Berikut rekapitulasi perolehan
kejuaraan tersebut:
Juara 1 tenis meja pa
Juara 2 tenis meja pa
Juara 1 tenis meja pi
Juara 3 puisi pa
Juara 3 tenis meja pi
Juara hrp 1 tenis meja pi
Juara 1 catur pi
Juara hrpn 1 catur pi
Juara 3 catur pa
Juara harapan 1 catur pa
Juara harapan 2 catur pa
Juara harapan 3 sprit pa
Juara 2 bulutangkis pi
Juara 1 pidato bhs arab pi
Juara 3 pidato bhs arab pa
Juara 3 pidato bhs inggris pi
Juara 2 kaligrafi pa
Alhamdulillah
di tingkat kota Faiz memperoleh juara 3. Semangat dan rasa percaya dirinya
semakin meningkat. Faiz menyiapkan dirinya untuk menjadi juara. Mental dan
kemampuannya semakin meningkat. Hal ini tak lain berkat bimbingan dan suport
dari guru-guru di MI Khadijah yang tak kenal lelah membimbing siswa-siswinya.
Di
ajang-ajang selanjutnya prestasi Faiz semakin melaju. Baik event di tingkat
kota, provinsi maupun skala nasional diikutinya. Berikut prestasi Faiz di
bidang seni.
1. Juara 2 lomba pantomim tingkat
Kota Malang tahun 2017
2. Juara 1 cabang puisi putra
PORSENI KKM Klojen tahun2019
3. Juara 3 cabang puisi putra
PORSENI tingkat Kota Malang tahun2019
4. Juara 1 lomba adzan Excellent
Smart Competition tingkat nasional tahun 2020
5. Juara 2 membaca puisi dalam
acara festival anak bangsa 2020
6. Juara 1 lomba puisi dalam
rangka HUT RI ke-75
7. Juara 4 lomba membaca puisi
kategori SD Excellent Smart Competition tingkat nasional tahun 2020
Beberapa penghargaan
yang telah Faiz peroleh
Ketrampilan
seni yang dimiliki oleh Faiz dilirik oleh guru koordinator multimedia di MI
Khadijah. Akhirnya Faiz di bimbing untuk menjadi aktor dan vlogger. Darah seni
sepertinya mengalir deras di tubuh Faiz. Beberapa video dengan peran utama
mampu dibawakan dengan apik. Acapkali video untuk lomba dan event-event
madrasah melibatkan Faiz sebagai tokohnya.
Saat ini Faiz
telah lulus dari MI Khadijah (lulus tahun 2020). Ia menjadi santri tahun
pertama di sebuah pesantren di kota Malang. Selama di pesantren bakat Faiz
tetap di asah. Rupanya pondok pesantren melihat bakat Faiz, sehingga ia sering
diikutkan di beberapa acara di pondok pesantren.
Faiz Putra
Prasetyo, muridku yang tidak jago matematika dan IPA. Tapi dia mampu melaju
menutupi kekurangannya dengan segala bakatnya. Terus berkarya anakku, tunjukkan
talentamu pada dunia. Buktikan bahwa setiap anak itu bisa sukses dengan
bakatnya masing-masing. Agar setiap orangtua dan guru sadar, bahwa setiap anak
tidak bisa dipaksa untuk memiliki kemampuan yang sama. Biarkan mereka terbang
bebas dengan kepak sayap kecil mereka. Meraih bintang dengan pendar dan warna
yang tak harus sama. Tugas kita menyirami tunas kecilnya agar kelak menjadi
orang yang rindangnya membawa manfaat bagi sesama.
BIONARASI
Penulis
Bernama Widya Setianingsih, S.Ag, lahir di kota Malang 29 September 1975.Putri dari Bapak Syarif (alm) dan Ibu Martini (alm)
Menjadi guru MI sejak tahun
2000, dan saat ini mengajar di MI Khadijah Malang. Menjabat sebagai Pimred
majalah sekolah, dan ketua penggiat literasi madrasah. Penulis sangat menyukai
dunia menulis dan dunia mendongeng.Buku antologi yang sudah diterbitkan adalah
Bukan Guru Biasa, Bahagianya menjadi Guru, Berjuta
Cinta dengan Cerita, Sekuntum Puisi,
Bumi 14 hari, Kumandang Kisah remaja, Kado untuk ibu dan Jejak Pena Pengembara
Aksara. Penulis dapat dihubungi melalui wa
(085954558358), Ig. Widyabisma atau email widyabisma9@gmail.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar