Sesalku
Wajah polos itu berkaca-kaca.
Siap meneteskan beningnya netra.
Saat seruanku membelah udara.
Tak bawa buku lagi kau nak.
Ucapku setengah teriak.
Pecah rasa sadar.
Hadapi ulah uniknya.
Tiap hari lakukan salah.
Hingga mengukir rasa amarah.
Hari ini.
Semesta menghukumku.
Saat kutahu berat beban dipundakmu.
Badan ringkihmu,
tameng bunda dari pukulan sang ayah.
Tangan kecilmu memberi tegak raga bunda.
Yang mulai lemah.
Karena siksa.
Karena dera.
Mulut kelumu, serak munajat doa.
Tentang derita yang menimpa.
Menahan pekak telinga.
Dari teriakan amarah sang ayah.
Yang tanpa sebab pun juga salah.
Maafkan gurumu nak.
Yang tak pandai menyibak kisah.
Dari sekian tanda yang tercipta.
Betapa naif, aku menambah beban.
Dari hidupmu yang penuh drama.
Sesalku.
Tak bisa kutarik segala amarah.
Yang menghujammu, mengkerdilkanmu.
Tetes airmata.
Melangitkan sejuta doa.
Semoga ada obat
segala luka.
Menguatkan badan ringkihmu.
Tangan kecil dan suara serakmu.
Tuk tetap menjadi malaikat bagi sang bunda.
Cakep bunda...
BalasHapusMantap Bu ,semangat terus
BalasHapus