Senin, 10 Februari 2025

NDY

 NDY



Netra jingga terbias jauh

Untai baris kata dalam bait senja

Riuh binar warnai lukisan rindu. 


Dimensi afeksi tercipta saat kau hadir

Waktu berhenti dalam adiwarna

Iringi bayu menghilir meghana di ujung akash. 


Yayu aku merinduimu tiap waktu

Ayunkan gempita harsa di tiap petikan katamu

Nayanikamu selalu nirmala dalam amerta. 

Tatapan matamu bagai swastamita di relung hatiku.

Izinkan kudekap namamu dalam tiap doaku.

Senin, 03 Februari 2025

SADAR

 


Sadar

Widya Arema

 

Pada selembar kertas aku bertanya

Mengapa begitu sesak coretan tanpa makna

Melengkung mendatar tak berupa

Membingungkan saja umpatku saat membaca.

 

Pada angin yang berhembus aku berkata

Mengapa riapnya tak tentu arah

Membuyarkan konde yang kuuntai sejak lama

Cukup sepoi saja tak usah berlebihan makiku.

 

Aku, kamu dan kita berdiri sejajar di bait rasa

Saling bersitatap tanpa kata

Seolah ucapan semahal parfum tuan

Yang menunjuk semena pada baju lusuh di kolong meja.

 

Aku tahu rasa itu bukan untukku

Bodohnya aku terbuai dalam pijar itu

Terhentak sadar siapa aku

Mencintaimu adalah hal yang tak layak bagiku.

 

Malang, 02 Februari 2025

 

 

 

 

Minggu, 02 Februari 2025

Prosais

 


“Berkunjunglah ke jantungku, bukan sebagai tamu. Tetapi sebagai

pemilik rumah, sebab di sana kau yang akan tinggal selamanya.”

 

Mencintaimu bagiku suatu keniscayaan. Kau hadir bagai senja nan megah. Siluetmu hadirkan gempita yang kunikmati dalam senyap. Mungkin bagimu hadirku hanyalah angin. Terkadang datang menggoyang pelepahmu. Sesekali menerbangkan kelopak kering yang mulai berguguran dari rantingmu. Ada tapi tak berarti. Sadar,  aku hanyalah ombak yang menghilir menuju pantai. Setiap kali datang hadirkan sejuk, tapi bukan untuk kau genggam.

Aku mencintaimu seperti aliran sungai menuju laut. Dalam setiap desirnya ada doa yang terselipkan. Doa yang membuatku untuk tetap percaya. Bahwa mencintaimu adalah kekuatan terbesar yang aku miliki. Kau menghadirkan oase dalam kerontangnya dahaga. . Hadirmu bagai pelangi seusai badai datang menerjang. Menghidupkan riap asa berderap dalam tiap hentakku

Aku mencintaimu dalam diam. Bahkan hanya dengan mengeja namamu cukup membuat kucup hatiku merekah. Biarkan kujaga rasa itu dalam lanskap megah yang bertahta. Kau adalah barisan aksara dalam setiap puisi yang kucipta. Hadirku bagai jeda yang kadang sengaja terlupa. Maka biarkan itu semua berlalu dalam ikatan tanpa nama. Aku ingin engkau tahu, mencintaimu adalah sebuah anugerah.

 

 

KECEWA


 

KECEWA
-Widya-

 

 

Purnama yang kupunya

Sinaran emasnya kupersembahkan untukmu

Bilur-bilur jingga yang memerah

Membalut sepimu dalam senja.

 

Udara yang merotasi seputaran

Kau  hirup habis tak tersisa

Dan aku pasrah dalam sesak napas

Binasa...

 

Luka yang acapkali kau beri

Seolah candu yang selalu kunanti

Berdiri pongah di atas kepalaku

Dengan kedua kaki menganga 

Dan aku terpuruk di antara keduanya

 

Aku memujamu seolah dewangga

Titahmu bak sabda pandita

Kupersembahkan secawan hatiku tak tersisa

Hanya untuk kau ludahi dalam jumawa.

 

Aku terdiam di antara deru malam

Merenung dalam kebisuan yang meremang

Laksana bumerang yang menghantam

Tercerai berai dan terus menata

Tiap sudut kepingan yang lantak.

 

Empedu itu tetap kutelan

Pahitnya menyeruak dalam tiap titik nadi

Menghamba aku dalam penghinaan

Lucuti kesadaran

Dalam tangis yang bertaburan.

 

Aku adalah sosok itu

Yang terhantam tercerai

Tak peduli berapa kali luka itu kau bagi.

 

Bulan bahkan berkelakar

Mencibir otak kosong yang kukuh kupertahankan

Di antara rasa perih dan rasa takut kehilangan

            Aku terbaring lunglai di antaranya.

 

            Malang, 02 Februari 2025

NDY

 NDY Netra jingga terbias jauh Untai baris kata dalam bait senja Riuh binar warnai lukisan rindu.  Dimensi afeksi tercipta saat kau hadir Wa...