Zepeto Andalanku
Widya Set i aningsih, S.Ag
Allah tidak akan membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya (QS: Al Baqrah:286)
Dalam waktu kurang lebih 545 hari, 13.080 jam dan 47.088.000 detik, virus Corona membuat terpisah dengan murid-murid tercinta. Bahkan hingga saat ini pembelajaran tatap muka terbatas harus diterapkan untuk memutus penyebaran virus ini. Masih saat itu di bulan Maret 2020, gubernur Jawa Timur Chofifah Indar Parawansah, mengumumkan tentang liburnya sekolah karena virus Corona menyerang dunia. Perasaanku berkawin jadi satu saat itu, antara bingung, kaget dan khawatir. Tentu saja jujur ada rasa senang yang melimpah. “Wah dapat tambahan hari libur nih”, ucapku saat itu. Aku mengira ini hanya bersifat temporal saja. ternyata...?
Percobaan libur
pertama dilakukan dalam satu Minggu. “Ah gampang, tugas bisa dikirim lewat
WhatsAp”, pikirku saat itu. Akan tetapi ternyata semua tak semudah dugaanku. Sejalan
dengan waktu belajar di rumah bertambah panjang, munculah berbagai kendala baru.
Wali murid tidak puas dengan pembelajaran via WhatsAp, siswa merasa bosan,
gagal faham, dan banyak lagi kendala yang dirasakan oleh siswa dan guru. Maka
aku segera bertekad dalam hati, “Saatnya berubah”.
Jika Power Ranger
berubah dari manusia biasa menjadi robot super, aku pun harus berubah.
Bermetamorfosis dari guru yang gaptek menjadi guru yang melek teknologi. Guru
yang membosankan menjadi guru yang kreatif. Bagaimana caranya?
Entah ini semua
merupakan anugerah atau bencana. Di masa pandemi, bertebaran pelatihan online
di mana-mana. Segera aku bersiap bersama-sama merapatkan barisan dengan seluruh
guru di Indonesia yang terdampak pandemi. Pelatihan yang mendukung tugasku
menjadi guru aku ikuti, baik yang berbayar maupun yang gratis. Hasilnya tidak
hanya ilmu baru dan wawasan yang kudapatkan. Pelatihan online membuka jalur
responden dengan sahabat se-nusantara.
Penghormatan setinggi-tingginya dan rasa terimakasih yang mendalam aku
sampaikan kepada seluruh orang-orang hebat di negeri ini, atas keikhlasannya
berbagi ilmu pada kami seluruh guru di Indonesia.
Pada awal-awal pembelajaran
jarak jauh, banyak sekali kendala yang dialami siswa dan guru. Keadaan ini pastinya patut dimaklumi. Mengingat pandemi
ini adalah kondisi luar biasa yang baru kali ini dialami oleh seluruh
masyarakat dunia. Semua dunia terhentak dan tak menyangka akan terjadinya
pandemi seperti ini. Semua sektor lumpuh total. Dan yang paling terimbas
dampaknya adalah sekolah.
Sekolah bukan hanya tempat untuk transfer
ilmu, tapi lebih dari itu. Di sekolah
tempat untuk menjalin interaksi antara guru dan murid. Penguatan nilai
karakter, penanaman akhlak dan juga menjalin hubungan emosional yang erat
antara guru dengan siswa, siswa dengan siswa dan siswa dengan sekolah.
Nilai-nilai itu
tidak didapatkan dari pembelajaran jarak jauh, karena itu hanya bisa dilakukan
dengan tatap muka. Meskipun sebenarnya bisa diupayakan, tapi tentu saja
hasilnya tidak semaksimal jika dilakukan dengan tatap muka.
Selang satu bulan
pembelajaran secara online berlangsung, MI Khadijah segera melakukan evaluasi.
Kendala apa saja yang dialami guru, siswa dan berupaya menemukan solusi untuk
mengatasinya. Dari hasil sharing antar guru, wali murid dan siswa di temukan
beberapa kendala. Mi Khadijah pun bergerak dengan cepat dan tepat. Masalah
pembelajaran segera diinventaris, dicermati dan dimusyawarakan untuk menemukan
solusi pemecahannya.
Kendala yang
dialami guru dan murid dalam pembelajaran jarak jauh hampir dialami oleh
seluruh masyarakat dunia. Mulai dari masalah yang menjadi primadona utama saat
pandemi yakni jaringan internet, gawai yang kurang memadai, aspek psikologis
siswa, guru dan orangtua. Guru yang belum melek iptek, kurang pengalaman dalam
melaksanakan metode dan media secara online.
Dari beberapa
kendala diatas yang ingin saya bahas adalah tentang kurangnya penguasaan metode
dan media pembelajaran secara online. Beberapa langkah tepat guna harus segera
aku ambil. Metode dan media pembelajaran
segera aku revisi dengan cepat. Beberapa hal segera aku lakukan. Misalnya
mencari informasi, diskusi dengan teman sejawat, orangtua dan orang-orang
hebat. Metode dan media apa yang paling tepat, akurat dan menarik pada
pembelajaran jarak jauh.
Bersyukur dengan
banyaknya pelatihan secara online yang banyak bertebaran di era pandemi ini.
Sebagai guru pembelajar, aku aktif mengikuti berbagai macam pelatihan. Mulai
pelatihan bagaimana metode yang tepat saat pjj, medianya, teknisnya dan
berbagai macam materi pelatihan yang lainnya. Hal ini semata-mata aku lakukan
sebagai bentuk pelayanan terbaik untuk siswa.
Setelah proses trial and error akhirnya aku
menemukan media pembelajaran yang menarik. Selain menggunakan zoom meet/google
meet sebagai ajang pertemuan virtual, aku mencoba media pembelajaran Zepeto.
Kalau biasanya kita membuat video pembelajaran
dengan obyek guru secara langsung, maka video dengan menggunakan
aplikasi Zepeto menggunakan tokoh kartun. Kudapatkan metode ini saat pembelajaran
dengan Pak Afif, seorang motivator dari lembaga Training Center and Motivation.
Mari kita kupas tentang zepeto.
Zepeto
adalah aplikasi jejaring sosial yang memungkinkan penggunanya membuat avatar
digital lalu menjalin pertemanan. Zepeto adalah aplikasi besutan Snow
Corporation, developer aplikasi yang didirikan pada tahun 2016 di Seongnam
Korea Selatan yang merupakan anak usaha dari Naver Corporation (Wikipedia).
Zepeto merupakan
sebuah aplikasi media sosial virtual seperti halnya instagram dan twitter. Jadi
dengan menggunakan aplikasi Zepeto kita dapat terhubung dengan teman dari
seluruh dunia. Hal menarik yang membedakan Zepeto dengan media sosial lainnya
adalah kita dapat membuat avatar
sendiri.
Avatar adalah
gambar tiga dimensi yang digunakan untuk menggambarkan seseorang dalam dunia
maya. (KBBI). Jadi kita bisa menggunakan wajah kita sendiri untuk
menggambarkan sosok kita di dunia maya. Gambar itu kemudian akan di setting
mode kartun. Dan yang menariknya lagi kita bisa mendandani avatar kita tersebut
sesuai dengan gaya yang kita inginkan.
Dalam
aplikasi tersebut telah disiapkan, berpuluh-puluh mode baju, wig rambut, sepatu
dan aksesoris pendukung seperti kacamata, anting, topi, gelang dan sebagainya.
Siapa
sangka, ternyata aplikasi jejaring sosial dapat digunakan sebagai media pembelajaran
online yang menarik. Mengapa menarik?
Gambar Aplikasi Zepeto
Mari kita ulas kelebihan apikasi
Zepeto sebagai media pembelajaran.
1. Menarik.
Karena disetting
mode kartun, maka menarik siswa. Apalagi siswa kelas kecil (kelas 1,2,3). Anak-anak
sangat menyukai film kartun. Dengan menyaksikan video pembelajaran aplikasi
Zepeto, mereka seperti menyaksikan film kartun kesukaannya. Tokoh avatar di
dalamnya beragam tidak hanya satu karakter. Begitu pula suara dari avatar bisa
kita ubah-ubah dengan bantuan aplikasi pembuat video.
2. Membangkitkan
minat belajar siswa.
Sesuai
dengan karakter belajar siswa usia sekolah dasar menyukai bermain, bergerak dan
menyanyi. Video dengan avatar Zepeto menarik minat siswa, karena avatar bisa
bergerak-gerak sesuai dengan kebutuhan. Dengan menambahkan avatar yang sedang
menyanyi dan menari seolah mengajak anak-anak untuk mengikutinya. Tentu saja
video harus dibuat interaktif agar anak merasa terlibat didalamnya.
3. Siswa lebih
faham materi pembelajaran.
Video
pembelajaran dengan menggunakan aplikasi Zepeto bisa divariasikan sesuai dengan
keinginan guru. Kita bisa menambahkan gambar, tulisan dan video. Jadi penjelasan yang disampaikan
detail dan runtut. Seolah-olah siswa berada dikelas berhadapan langsung dengan
gurunya.
4.
Cara penggunaannya cukup mudah.
Untuk
mendapatkan aplikasi ini yang pertama kali kita lakukan adalah mengunduh
aplikasi ini di play store. Setelah itu melakukan registrasi melalui
email. Selanjutnya silahkan membuat avatar sendiri. Mulai dari tampilan wajah,
pakaian dan aksesorisnya. Mungkin masih bingung saat dibayangkan, tapi saat
dicoba ternyata mudah. Anak seusia SD bahkan sudah bisa menggunakannya.
Setiap
aplikasi
tentu memiliki
kelebihan dan
kekurangan.
Begitupula
Dengan aplikasi
Zepeto.
Gambar penggunaan Zepeto dalam video
pembelajaran
Beberapa
kekurangan dari aplikasi Zepeto sebagai media pembelajaran adalah sebagai
berikut.
1.
Membutuhkan ketelatenan pengguna.
Aplikasi
Zepeto tidak bisa langsung menjadi video. Akan tetapi harus digabungkan dengan
aplikasi pembuat video lainnya. Misalnya Kine Master, Filmora go,
Video Maker dan lain sebagainya. Prosesnya membutuhkan beberapa tahap.
Mulai dari mendandani avatar sesuai karakternya. (saya memakai beberapa
karakter, dari guru, siswa laki-laki, siswa perempuan) Kemudian mencari gerakan
yang sesuai, setelah avatar diunduh proses selanjutnya adalah menjadikannya
video.
Video
masih bersifat mentah, jadi harus ditambahkan suara avatar, musik, gambar,
latar dan tulisan agar lebih menarik. Bisa juga menambahkan video lainnya
sesuai kebutuhan materi pembelajaran.
2.
Membeli aksesoris pendukung.
Aksesoris
yang disediakan di aplikasi Zepeto sangat beragam. Mulai dari gaun, celana, blouse,
sepatu dan aksesoris lainnya layaknya kita. Akan tetapi aksesoris itu tidak
gratis. Melainkan didapatkan dengan cara membeli. Adapun cara membelinya dengan
mengumpulkan koin yang kita dapatkan dengan cara membuka aplikasi itu. Jadi
setiap membuka aplikasi kita akan mendapatkan uang yang bertahap besaran
jumlahnya setiap harinya.
Dengan menggunakan
media video Zepeto siswa-siswaku kembali bersemangat belajar. Hal ini dapat aku
amati dari tanggapan siswa dan wali murid. Saat berjumpa secara virtual dengan
anak-anak melalui zoom, terkadang saya tanyakan bagaimana tokoh Upik ?. (tokoh
dalam video yang aku buat). Mereka menjawab “Upik lucu Bu”.
Banyak juga
walimurid yang menyampaikan tanggapannya melalui whatsAp.
“Masyaallah,
videonya bagus bu, anak saya jadi semangat belajar”.
(bunda
Icha)
“
Bu guru videonya lucu saya suka”.
(ananda
Bianca)
“Video
yang keren Bu, selain interaktif tokoh-tokohnya seperti nyata. Seolah-olah
anak-anak belajar langsung dengan bu Wid”.
(bunda
Aya’)
Dan
masih banyak lagi.
Tokoh avatar dalam Zepeto beragam
Bahkan video
dengan aplikasi Zepeto mendapatkan pujian dan reward dari ibu kepala sekolah,
sebagai video yang kreatif dan menarik siswa. Alhamdulillah usahaku membuahkan
tanggapan yang positif.
Metode yang
digunakan saat online dan offline tentu saja berbeda. Saat zoom misalnya,
jalinlah komunikasi interaktif dengan siswa. Jadi tidak hanya hubungan satu
arah saja. Tujuannya agar siswa tidak bosan karena mereka merasa terlibat
langsung dalam pembelajaran. Bagaimana caranya?
Saat berjumpa
secara virtual selain bertanya jawab dengan siswa, dan menguji spontanitas
siswa. Kita bisa menerapkan ice breaking. Ice breaking memiliki banyak manfaat,
antara lain menumbuhkan konsentrasi belajar, mengatasi kejenuhan, menyegarkan
suasana, serta memacu otak bekerja secara maksimal. Apakah ice breaking bisa
kita laksanakan saat pembelajaran online? Jawabannya sangat bisa.
Beberapa ice
breaking yang sering saya terapkan saat zoom diantaranya, ikuti gerakan saya,
tebak warna, kata kebalikan, menyanyi dengan simbol angka, dan masih banyak
lagi. Bagaimana hasilnya? Rata-rata siswa saya tertarik dan ikut aktif
didalamnya. Setelah situasi kondusif baru saya melanjutkan pembelajaran
selanjutnya.
Begitulah
sekelumit pengalaman saya, saat mengajar di masa pandemi. Intinya pilihan ada ditangan
guru. Kita memilih menjadi guru yang bertopang dagu larut dalam suasana
pandemi. Ataukah mengupgrade diri agar terus melaju. Meninggalkan zona nyaman
dan bergegas memantaskan diri menjadi pembelajar sejati.
Apapun yang telah
digariskan Allah tentu memiliki berbagai hikmah. Hanya saja kita sebagai
manusia lemah terkadang lalai menyadarinya. Dengan adanya pandemi, guru-guru se
Indonesia lebih melek teknologi. Guru-guru menjadi lebih pandai, kreatif dan
rajin mengikuti berbagai pelatihan. Walaupun pandemi dianggap sebagai musibah,
ternyata banyak juga anugerah yang didapatkan.
Segala sesuatu
tergantung dari sisi kita memandangnya. Apakah kita hanya akan meneropong dari
sisi gelap pandemi, atau mencoba menggeser pandangan melihat dari sisi
terangnya. Betapa naif jika kita memandang hanya dari sisi hitam tanpa
menyeimbangkan dari sisi putih suatu peristiwa. Karena disamping menjadi
musibah, ternyata banyak hikmah yang kita ambil dari peristiwa pandemi. Inilah sisi hitam putih pandemi.
BIONARASI
Penulis bernama Widya Setianingsih, S.Ag, lahir di
kota Malang 29 September 1975. Putri dari Bapak Syarif (alm) dan Ibu Martini
(alm).
Menjadi guru MI sejak tahun 2000, dan saat ini mengajar di
MI Khadijah Malang. Sejak 12 tahun yang lalu menjabat sebagai Pimred majalah
sekolah bertajuk Kharisma, aktif di organisasi Komisi Pendidikan Nasional, dan
menjadi ketua penggiat literasi madrasah. Penulis sangat menyukai dunia menulis
dan dunia mendongeng.
Memiliki
buku solo, kumpulan puisi cinta yang berjudul Laras-Laras Makna dalam Puisi.
Buku antologi yang
sudah diterbitkan adalah Buku Ajar Juara UAMBN, Bukan Guru Biasa, Bahagianya
menjadi Guru, Berjuta Cinta dengan Cerita, Sekuntum Puisi, Bumi 14 hari,
Kumandang Kisah remaja, Kado untuk ibu, Jejak Pena Pengembara Aksara, Kisah
Laskar Ilmu di Masa Pandemi, Suara dalam Kata, Sekuntum Puisi, Sinergi Guru dan
Siswa Melejitkan Prestasi, Merindukan Baitulloh dan Antologi Persahabatan,
Kidung Cinta Sahabat.
Penulis dapat dihubungi melalui wa (085954558358), Ig. Widyabisma, facebook Widya Althafian atau email widyabisma9@gmail.com