Minggu, 20 Februari 2022

Zepeto Andalanku

 

Zepeto Andalanku

Widya Set i aningsih, S.Ag


 

Allah tidak akan membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya (QS: Al Baqrah:286)

 

Dalam waktu kurang lebih 545 hari, 13.080 jam dan 47.088.000 detik, virus Corona membuat terpisah dengan murid-murid tercinta. Bahkan hingga saat ini pembelajaran tatap muka terbatas harus diterapkan untuk memutus penyebaran virus ini. Masih saat itu di bulan Maret 2020, gubernur Jawa Timur Chofifah Indar Parawansah, mengumumkan tentang liburnya sekolah karena virus Corona menyerang dunia. Perasaanku berkawin jadi satu saat itu, antara bingung, kaget dan khawatir. Tentu saja jujur ​​ada rasa senang yang melimpah. “Wah dapat tambahan hari libur nih”, ucapku saat itu. Aku mengira ini hanya bersifat temporal saja. ternyata...?

Percobaan libur pertama dilakukan dalam satu Minggu. “Ah gampang, tugas bisa dikirim lewat WhatsAp”, pikirku saat itu. Akan tetapi ternyata semua tak semudah dugaanku. Sejalan dengan waktu belajar di rumah bertambah panjang, munculah berbagai kendala baru. Wali murid tidak puas dengan pembelajaran via WhatsAp, siswa merasa bosan, gagal faham, dan banyak lagi kendala yang dirasakan oleh siswa dan guru. Maka aku segera bertekad dalam hati, “Saatnya berubah”.

Jika Power Ranger berubah dari manusia biasa menjadi robot super, aku pun harus berubah. Bermetamorfosis dari guru yang gaptek menjadi guru yang melek teknologi. Guru yang membosankan menjadi guru yang kreatif. Bagaimana caranya?

Entah ini semua merupakan anugerah atau bencana. Di masa pandemi, bertebaran pelatihan online di mana-mana. Segera aku bersiap bersama-sama merapatkan barisan dengan seluruh guru di Indonesia yang terdampak pandemi. Pelatihan yang mendukung tugasku menjadi guru aku ikuti, baik yang berbayar maupun yang gratis. Hasilnya tidak hanya ilmu baru dan wawasan yang kudapatkan. Pelatihan online membuka jalur responden dengan sahabat se-nusantara.  Penghormatan setinggi-tingginya dan rasa terimakasih yang mendalam aku sampaikan kepada seluruh orang-orang hebat di negeri ini, atas keikhlasannya berbagi ilmu pada kami seluruh guru di Indonesia.

Pada awal-awal pembelajaran jarak jauh, banyak sekali kendala yang dialami siswa dan guru. Keadaan ini  pastinya patut dimaklumi. Mengingat pandemi ini adalah kondisi luar biasa yang baru kali ini dialami oleh seluruh masyarakat dunia. Semua dunia terhentak dan tak menyangka akan terjadinya pandemi seperti ini. Semua sektor lumpuh total. Dan yang paling terimbas dampaknya adalah sekolah.

 Sekolah bukan hanya tempat untuk transfer ilmu, tapi lebih dari itu.  Di sekolah tempat untuk menjalin interaksi antara guru dan murid. Penguatan nilai karakter, penanaman akhlak dan juga menjalin hubungan emosional yang erat antara guru dengan siswa, siswa dengan siswa dan siswa dengan sekolah.

Nilai-nilai itu tidak didapatkan dari pembelajaran jarak jauh, karena itu hanya bisa dilakukan dengan tatap muka. Meskipun sebenarnya bisa diupayakan, tapi tentu saja hasilnya tidak semaksimal jika dilakukan dengan tatap muka.

Selang satu bulan pembelajaran secara online berlangsung, MI Khadijah segera melakukan evaluasi. Kendala apa saja yang dialami guru, siswa dan berupaya menemukan solusi untuk mengatasinya. Dari hasil sharing antar guru, wali murid dan siswa di temukan beberapa kendala. Mi Khadijah pun bergerak dengan cepat dan tepat. Masalah pembelajaran segera diinventaris, dicermati dan dimusyawarakan untuk menemukan solusi pemecahannya.

Kendala yang dialami guru dan murid dalam pembelajaran jarak jauh hampir dialami oleh seluruh masyarakat dunia. Mulai dari masalah yang menjadi primadona utama saat pandemi yakni jaringan internet, gawai yang kurang memadai, aspek psikologis siswa, guru dan orangtua. Guru yang belum melek iptek, kurang pengalaman dalam melaksanakan metode dan media secara online.

Dari beberapa kendala diatas yang ingin saya bahas adalah tentang kurangnya penguasaan metode dan media pembelajaran secara online. Beberapa langkah tepat guna harus segera aku ambil.  Metode dan media pembelajaran segera aku revisi dengan cepat. Beberapa hal segera aku lakukan. Misalnya mencari informasi, diskusi dengan teman sejawat, orangtua dan orang-orang hebat. Metode dan media apa yang paling tepat, akurat dan menarik pada pembelajaran jarak jauh.

Bersyukur dengan banyaknya pelatihan secara online yang banyak bertebaran di era pandemi ini. Sebagai guru pembelajar, aku aktif mengikuti berbagai macam pelatihan. Mulai pelatihan bagaimana metode yang tepat saat pjj, medianya, teknisnya dan berbagai macam materi pelatihan yang lainnya. Hal ini semata-mata aku lakukan sebagai bentuk pelayanan terbaik untuk siswa.

 Setelah proses trial and error akhirnya aku menemukan media pembelajaran yang menarik. Selain menggunakan zoom meet/google meet sebagai ajang pertemuan virtual, aku mencoba media pembelajaran Zepeto. Kalau biasanya kita membuat video pembelajaran  dengan obyek guru secara langsung, maka video dengan menggunakan aplikasi Zepeto menggunakan tokoh kartun. Kudapatkan metode ini saat pembelajaran dengan Pak Afif, seorang motivator dari lembaga Training Center and Motivation. Mari kita kupas  tentang zepeto.

Zepeto adalah aplikasi jejaring sosial yang memungkinkan penggunanya membuat avatar digital lalu menjalin pertemanan. Zepeto adalah aplikasi besutan Snow Corporation, developer aplikasi yang didirikan pada tahun 2016 di Seongnam Korea Selatan yang merupakan anak usaha dari Naver Corporation (Wikipedia).

Zepeto merupakan sebuah aplikasi media sosial virtual seperti halnya instagram dan twitter. Jadi dengan menggunakan aplikasi Zepeto kita dapat terhubung dengan teman dari seluruh dunia. Hal menarik yang membedakan Zepeto dengan media sosial lainnya adalah  kita dapat membuat avatar sendiri.

Avatar adalah gambar tiga dimensi yang digunakan untuk menggambarkan seseorang dalam dunia maya. (KBBI). Jadi kita bisa menggunakan wajah kita sendiri untuk menggambarkan sosok kita di dunia maya. Gambar itu kemudian akan di setting mode kartun. Dan yang menariknya lagi kita bisa mendandani avatar kita tersebut sesuai dengan gaya yang kita inginkan.

 

Dalam aplikasi tersebut telah disiapkan, berpuluh-puluh mode baju, wig rambut, sepatu dan aksesoris pendukung seperti kacamata, anting, topi, gelang dan sebagainya.

Siapa sangka, ternyata aplikasi jejaring sosial dapat digunakan sebagai media pembelajaran online yang menarik. Mengapa menarik?

 

Gambar Aplikasi Zepeto

 

 

Mari kita ulas kelebihan apikasi Zepeto sebagai media pembelajaran.

1. Menarik.

Karena disetting mode kartun, maka menarik siswa. Apalagi siswa kelas kecil (kelas 1,2,3). Anak-anak sangat menyukai film kartun. Dengan menyaksikan video pembelajaran aplikasi Zepeto, mereka seperti menyaksikan film kartun kesukaannya. Tokoh avatar di dalamnya beragam tidak hanya satu karakter. Begitu pula suara dari avatar bisa kita ubah-ubah dengan bantuan aplikasi pembuat video.

2. Membangkitkan minat belajar siswa.

            Sesuai dengan karakter belajar siswa usia sekolah dasar menyukai bermain, bergerak dan menyanyi. Video dengan avatar Zepeto menarik minat siswa, karena avatar bisa bergerak-gerak sesuai dengan kebutuhan. Dengan menambahkan avatar yang sedang menyanyi dan menari seolah mengajak anak-anak untuk mengikutinya. Tentu saja video harus dibuat interaktif agar anak merasa terlibat didalamnya. 

3. Siswa lebih faham materi pembelajaran.

            Video pembelajaran dengan menggunakan aplikasi Zepeto bisa divariasikan sesuai dengan keinginan guru. Kita bisa menambahkan gambar, tulisan  dan video. Jadi penjelasan yang disampaikan detail dan runtut. Seolah-olah siswa berada dikelas berhadapan langsung dengan gurunya. 

            4. Cara penggunaannya cukup mudah.

            Untuk mendapatkan aplikasi ini yang pertama kali kita lakukan adalah mengunduh aplikasi ini di play store. Setelah itu melakukan registrasi melalui email. Selanjutnya silahkan membuat avatar sendiri. Mulai dari tampilan wajah, pakaian dan aksesorisnya. Mungkin masih bingung saat dibayangkan, tapi saat dicoba ternyata mudah. Anak seusia SD bahkan sudah bisa    menggunakannya.      

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 Setiap aplikasi

 tentu memiliki

 kelebihan dan

 kekurangan.

Begitupula

Dengan aplikasi

Zepeto.

 

 

                                       Gambar penggunaan Zepeto dalam video pembelajaran

 

            Beberapa kekurangan dari aplikasi Zepeto sebagai media pembelajaran adalah sebagai berikut.

            1. Membutuhkan ketelatenan pengguna.

            Aplikasi Zepeto tidak bisa langsung menjadi video. Akan tetapi harus digabungkan dengan aplikasi pembuat video lainnya. Misalnya Kine Master, Filmora go, Video Maker dan lain sebagainya. Prosesnya membutuhkan beberapa tahap. Mulai dari mendandani avatar sesuai karakternya. (saya memakai beberapa karakter, dari guru, siswa laki-laki, siswa perempuan) Kemudian mencari gerakan yang sesuai, setelah avatar diunduh proses selanjutnya adalah menjadikannya video.

            Video masih bersifat mentah, jadi harus ditambahkan suara avatar, musik, gambar, latar dan tulisan agar lebih menarik. Bisa juga menambahkan video lainnya sesuai kebutuhan materi pembelajaran.

            2. Membeli aksesoris pendukung.

            Aksesoris yang disediakan di aplikasi Zepeto sangat beragam. Mulai dari gaun, celana, blouse, sepatu dan aksesoris lainnya layaknya kita. Akan tetapi aksesoris itu tidak gratis. Melainkan didapatkan dengan cara membeli. Adapun cara membelinya dengan mengumpulkan koin yang kita dapatkan dengan cara membuka aplikasi itu. Jadi setiap membuka aplikasi kita akan mendapatkan uang yang bertahap besaran jumlahnya setiap harinya.

 

Dengan menggunakan media video Zepeto siswa-siswaku kembali bersemangat belajar. Hal ini dapat aku amati dari tanggapan siswa dan wali murid. Saat berjumpa secara virtual dengan anak-anak melalui zoom, terkadang saya tanyakan bagaimana tokoh Upik ?. (tokoh dalam video yang aku buat). Mereka menjawab “Upik lucu Bu”.

Banyak juga walimurid yang menyampaikan tanggapannya melalui whatsAp.

“Masyaallah, videonya bagus bu, anak saya jadi semangat belajar”.

(bunda Icha)

“ Bu guru videonya lucu saya suka”.

(ananda Bianca)

“Video yang keren Bu, selain interaktif tokoh-tokohnya seperti nyata. Seolah-olah anak-anak belajar langsung dengan bu Wid”.

(bunda Aya’)

Dan masih banyak lagi.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 


Tokoh avatar dalam Zepeto beragam

 

Bahkan video dengan aplikasi Zepeto mendapatkan pujian dan reward dari ibu kepala sekolah, sebagai video yang kreatif dan menarik siswa. Alhamdulillah usahaku membuahkan tanggapan yang positif.

Metode yang digunakan saat online dan offline tentu saja berbeda. Saat zoom misalnya, jalinlah komunikasi interaktif dengan siswa. Jadi tidak hanya hubungan satu arah saja. Tujuannya agar siswa tidak bosan karena mereka merasa terlibat langsung dalam pembelajaran. Bagaimana caranya?

Saat berjumpa secara virtual selain bertanya jawab dengan siswa, dan menguji spontanitas siswa. Kita bisa menerapkan ice breaking. Ice breaking memiliki banyak manfaat, antara lain menumbuhkan konsentrasi belajar, mengatasi kejenuhan, menyegarkan suasana, serta memacu otak bekerja secara maksimal. Apakah ice breaking bisa kita laksanakan saat pembelajaran online? Jawabannya sangat bisa.

Beberapa ice breaking yang sering saya terapkan saat zoom diantaranya, ikuti gerakan saya, tebak warna, kata kebalikan, menyanyi dengan simbol angka, dan masih banyak lagi. Bagaimana hasilnya? Rata-rata siswa saya tertarik dan ikut aktif didalamnya. Setelah situasi kondusif baru saya melanjutkan pembelajaran selanjutnya.

Begitulah sekelumit pengalaman saya, saat mengajar di masa pandemi. Intinya pilihan ada ditangan guru. Kita memilih menjadi guru yang bertopang dagu larut dalam suasana pandemi. Ataukah mengupgrade diri agar terus melaju. Meninggalkan zona nyaman dan bergegas memantaskan diri menjadi pembelajar sejati.

Apapun yang telah digariskan Allah tentu memiliki berbagai hikmah. Hanya saja kita sebagai manusia lemah terkadang lalai menyadarinya. Dengan adanya pandemi, guru-guru se Indonesia lebih melek teknologi. Guru-guru menjadi lebih pandai, kreatif dan rajin mengikuti berbagai pelatihan. Walaupun pandemi dianggap sebagai musibah, ternyata banyak juga anugerah yang didapatkan.

Segala sesuatu tergantung dari sisi kita memandangnya. Apakah kita hanya akan meneropong dari sisi gelap pandemi, atau mencoba menggeser pandangan melihat dari sisi terangnya. Betapa naif jika kita memandang hanya dari sisi hitam tanpa menyeimbangkan dari sisi putih suatu peristiwa. Karena disamping menjadi musibah, ternyata banyak hikmah yang kita ambil dari peristiwa pandemi.  Inilah sisi hitam putih pandemi.

 

 

BIONARASI

Penulis bernama Widya Setianingsih, S.Ag, lahir di kota Malang 29 September 1975. Putri dari Bapak Syarif (alm) dan Ibu Martini (alm).

Menjadi guru MI sejak tahun 2000, dan saat ini mengajar di MI Khadijah Malang. Sejak 12 tahun yang lalu menjabat sebagai Pimred majalah sekolah bertajuk Kharisma, aktif di organisasi Komisi Pendidikan Nasional, dan menjadi ketua penggiat literasi madrasah. Penulis sangat menyukai dunia menulis dan dunia mendongeng.

Memiliki buku solo, kumpulan puisi cinta yang berjudul Laras-Laras Makna dalam Puisi.

 

 

Buku antologi yang sudah diterbitkan adalah Buku Ajar Juara UAMBN, Bukan Guru Biasa, Bahagianya menjadi Guru, Berjuta Cinta dengan Cerita, Sekuntum Puisi, Bumi 14 hari, Kumandang Kisah remaja, Kado untuk ibu, Jejak Pena Pengembara Aksara, Kisah Laskar Ilmu di Masa Pandemi, Suara dalam Kata, Sekuntum Puisi, Sinergi Guru dan Siswa Melejitkan Prestasi, Merindukan Baitulloh dan Antologi Persahabatan, Kidung Cinta Sahabat.

 Penulis dapat dihubungi melalui wa (085954558358), Ig. Widyabisma, facebook Widya Althafian atau email widyabisma9@gmail.com

 

 

My First Love

 

My First Love

Widya Setianingsih

            Seorang ayah adalah pahlawan yang sangat berjasa dalam keluarga. Seorang pejuang tangguh yang merelakan seluruh hidupnya mengabdi demi keluarga. Bagi lima anak perempuan seperti kami, sosok ayah bagai super hero. Super hero yang selalu ada disaat anaknya menangis sedih, atau sekedar memeluk bahunya untuk berbagi kebahagiaan saat mendapat nilai seratus dari guru. Itulah sosok ayah. Begitupun dengan ayahku, rela berpeluh demi membahagiakan kelima putri dan istrinya tercinta. Bagiku seorang lelaki yang hebat dalam hidup ku adalah ayah. Dan ayah yang hebat adalah ayah yang mencintai istri dan anak-anaknya.

 Masih terkenang hingga saat ini, setiap hari Minggu ayah selalu mengajak kami mengunjungi tempat-tempat rekreasi. Kehidupan kami saat kecil cukup berada. Ayah bekerja sebagai pemborong bangunan. Istilah saat ini tepatnya kontraktor. Ayah bekerjasama dengan berbagai pihak untuk membangun tempat-tempat umum. Misalnya membangun bendungan (dulu Bendungan Ir Sutami), rumah sakit, sekolah. Disamping itu juga memasok bahan-bahan bangunan seperti pasir, gamping (kapur), kayu, semen dan sebagainya. Belum lagi toko bangunan ayah  ada di beberapa tempat. Masih tergambar di ingatan masa kecilku. Hampir setiap Minggu kami pergi ke tempat-tempat rekreasi. Di album foto lama kutemukan gambar saat kami pergi ke taman rekreasi Sengkaling, Selekta dan Songgoriti. Tak bisa dihitung bilangan tangan kami makan di restoran. Apalagi hobi ayah adalah makan enak.

            Kehidupan yang berkecukupan membuat ayah kurang dekat dengan agama. Ayah hampir tidak pernah sholat dan puasa. Akan tetapi ayah mewajibkan anak-anaknya untuk sholat 5 waktu dan wajib mengaji. Tak segan-segan ayah memanggilkan guru mengaji privat untuk kami. Kegiatan agamis yang anak-anaknya lakukan selalu didukung sepenuhnya oleh ayah. Akan tetapi rupanya hidayah belum mampir pada hidup ayah. Untuk urusan amal, zakat dan sedekah ayah tidak pernah pelit.  Ayah terkenal seorang yang dermawan. Banyak saudara-saudara di desa yang terbantu dengan ayah. Misalnya dengan mengirim sembako, pakaian setiap bulan kepada saudara-saudara di desa yang notabene kondisi ekonominya minus.

Ayahku adalah simbol kebanggaan keluarga. Satu-satunya lelaki dalam keluarga kami.  Ayah juga cinta pertama bagi seorang anak perempuannya. Ayah tidak pernah bersikap kasar kepada kami. Jika kami memiliki kesalahan maka hanya dengan memandang wajah ayah, hati bergetar penuh rasa  ketakutan. Ayah selalu memastikan anak-anaknya tercukupi gizi dan kebutuhan hidupnya. Selalu penuh perhatian dan rasa cinta. Tak heran kami anak-anak perempuannya dekat sekali dengan beliau. Ayahku terkadang suka usil menggoda anak-anak perempuannya. Girang banget hati ayah saat melihat anak-anaknya tertawa, berteriak-teriak atau kadang cemberut saat digoda. Aaah indahnya mengenang masa-masa itu.

Hingga pada suatu saat sentilan dari Allah merubah hidup kami. Saat Allah menginginkan hambaNya untuk bertobat, terkadang Allah mengujinya dengan cobaan. Ibaratnya dibangunkan dari lelapnya tidur agar segera terjaga. Berangsur tapi pasti harta kekayaan ayah diambil kembali oleh Allah. Berkali-kali ayah tertipu dalam bisnisnya. Hutang yang bertumpuk, memaksa ayah untuk menjual asetnya satu persatu. Truk yang berjumlah tiga buah, tinggal satu saja untuk operasional toko. Kendaraan pribadi juga ditukar dengan kendaraan yang lebih sederhana. Toko bangunan juga terjual, hingga tersisa satu saja. Kun fayakun, saat Allah berkata terjadi maka terjadilah. Kehidupan kami diputar 180 derajat. Semua pembantu dengan terpaksa diberhentikan semua, karena tidak ada lagi sumber keuangan yang mencukupi untuk membiayainya.

Hikmah dari setiap kejadian selalu ada. Siapa sangka dibalik merosotnya kondisi keuangan keluarga kami, perlahan-lahan ayah mulai mendekat pada agama. Doa dari ibu yang selalu dilangitkan seusai sholat dijawab oleh Allah. Ayah mulai mengaji, mendengarkan kajian-kajian agama, dan rutin melaksanakan sholat 5 waktu di masjid. Sholat sunnah pun selalu terjaga. Walaupun hanya berbekal hafalan surat Al Fateehah dan surat An Nas saat sholat, ayah nyaris tak pernah meninggalkan waktu menghadap Rabbnya. Hingga akhirnya tahun 1995 ayah dipanggil untuk pulang.

Minggu kelabu, kami mengenangnya seperti itu. Setiap hari Minggu, biasanya ayah libur. Menggunakan waktu libur untuk bercanda dan bercerita dengan anak istri. Tapi entah kenapa hari itu ayah bersikeras untuk berangkat juga. Menjaga toko bangunan yang tinggal satu-satunya untuk menakar rezeki. Ayah menggunakan kesempatan berangkat kerja untuk berolahraga. Berjalan kaki, jika lelah mendera segera naik angkutan umum. Saat di tengah perjalanan ayah terjatuh. Rupanya sakit darah tinggi yang dialami ayah membuatnya struk dan pecahnya pembuluh darah di otak. Qadarulloh tetangga melihat kerumunan ditengah jalan tersebut. Segera dihampirinya dan ternyata itu adalah ayah. Segeralah ayah dilarikan ke UGD rumah sakit umum. Akan tetapi rupanya Allah lebih sayang pada ayah. Ditengah perjalanan ke RSU ayah berpulang pada Sang Pemilik Kehidupan.

Jangan ditanya bagaimana perasaanku saat itu. Mendung hitam seolah menggelayut diam dan tak mau beranjak dari tempatnya. Gambaran seorang ayah yang penyabar, dan mencintai anak-anaknya membuat hari-hariku seakan kelu menahan tepias jutaan rasa rindu. Satu hal yang kusesali hingga saat ini, kami belum bisa membalas segala kebaikan yang telah ayah tabur. Ayah ingin sekali ke tanah suci. Tapi kondisi kami saat itu masih pelajar dan mahasiswa jadi tentu tak bisa mewujudkan impian terbesar ayahanda. Aah ayah andai saat ini engkau masih ada, kini anak-anakmu telah menuai semua kerja keras ayah selama ini.

Sejak saat itu, tekadku bulat untuk mewujudkan mimpi sang ayah yang menginginkan aku  untuk menjadi seorang guru. Kala ayah berpulang aku masih duduk di semester 5 STAIN Malang. Menjadi seorang guru sejatinya bukan keinginanku. Tetapi demi menuruti harapan ayah aku masuk di jurusan keguruan. Karena kuliah tidak sesuai dengan minatku, akhirnya akupun kuliah hanya dengan setengah hati. Tapi semenjak kepergian ayahanda tercinta kubulatkan tekadku untuk menjadi guru yang benar-benar guru. Bukan hanya menjadi guru karena sekedar menunaikan harapan ayah. Kini aku telah 21 tahun mengabdi menjadi guru. Aku mencintai profesiku. Kusadari itu semua berkat ayahku. Di setiap sujud kusampaikan doa dan  rasa terimakasihku pada ayah. “Ayah, terimakasih atas tuntunanmu, sekarang anakmu telah menjadi guru seperti harapan ayah. “

Itulah ayahku, my first love cinta pertamaku. Bagi kalian yang masih didampingi oleh kedua malaikat kalian yakni ayah dan ibu, beruntunglah kalian. Jagalah surga kalian. Jangan sampai tersia-sia. Karena saat putaran waktu merebutnya kembali, tak akan ada lagi pusaran doa mereka dihidupmu.

Titip Rindu Buat Ayah

 

Ayah,

Apa kabarmu hari ini?

Hujan semakin deras di sini

Anakmu menggigil dalam sepi.

 

Menahan tepis air mata

Mencoba mengingat rasa

Rangkulan hangat pelukmu

Serta kokohnya semangatmu.

 

Biarlah anganku memeluk tentangmu

Kidung berurai mantra membiusku

Nyanyian malam redakan resahku

Untaian doa penawar dahaga rindu.

 

Ayah,

Aku  memeluk dingin tanpamu

Suaraku tercekat terbungkam sendu.

Tanpa perisaimu

Aku jatuh, terpuruk dan kuyup

Bahkan bintangpun enggan menemaniku.

 

Kutahu kau tlah titipkan restumu

Pada senja yang memudar

Pada malam yang nanar

Dan pagi yang berlagu.

 

Hanya doa pengantar rindu

Mewarnai tanah gundukan itu

Menembus tirai waktu

Mengaitkan aku padamu.

 

Ayah,

aku rindu.

 

BIONARASI

 

 

 

 

 

 

 


Penulis bernama Widya Setianingsih, S.Ag, lahir di kota Malang 29 September 1975. Putri dari Bapak Syarif (alm) dan Ibu Martini (alm).

Menjadi guru MI sejak tahun 2000, dan saat ini mengajar di MI Khadijah Malang. Sejak 10 tahun yang lalu menjabat sebagai Pimred majalah sekolah bertajuk Kharisma, aktif di organisasi Komisi Pendidikan Nasional, dan menjadi ketua penggiat literasi madrasah. Penulis sangat menyukai dunia menulis dan dunia mendongeng.

Memiliki buku solo, kumpulan puisi cinta yang berjudul Laras-Laras Makna dalam Puisi.

Buku antologi yang sudah diterbitkan adalah Buku Ajar Juara UAMBN, Bukan Guru Biasa, Bahagianya menjadi Guru, Berjuta Cinta dengan Cerita, Sekuntum Puisi, Bumi 14 hari, Kumandang Kisah remaja, Kado untuk ibu, Jejak Pena Pengembara Aksara, Kisah Laskar Ilmu di Masa Pandemi, Suara dalam Kata, Sekuntum Puisi, Sinergi Guru dan Siswa Melejitkan Prestasi, Merindukan Baitulloh, Kidung Cinta Sahabat dan Kisah Para Pendaki Mimpi.

 Penulis dapat dihubungi melalui wa (085954558358), Ig. Widyabisma, facebook Widya Althafian atau email widyabisma9@gmail.com. Dan alamat blog https://widyabisma.blogspot.com/

Kusambut PanggilanMu

 

Kusambut PanggilanMu

Widya Setianingsih, S.Ag

Sebagai umat Islam kita pasti memiliki cita-cita menunaikan rukun Islam yang ke 5, yaitu naik haji. Begitupun dengan diriku. Setiap ada teman, kerabat atau saudara yang berkunjung kesana menimbulkan rasa “iri” ingin kesana juga. Cerita dari teman-teman yang pernah umroh atau pergi haji semakin membuncahkan rasa rinduku ke tanah suci. Ziarah ke makam Rosulluloh, sholat di masjid nabi ataupun menyaksikan kiblatku selama ini yaitu ka’bah.

Seorang ustadz pernah berpesan dalam pengajian rutin di hari Jum’at. Bahwa siapapun yang menanamkan niat yang kuat untuk pergi ke tanah suci, Insyaallah Allah akan memanggilnya. Karena Allah memanggil hambanya yang mau, bukan hanya yang mampu. Maka sejak saat itu aku ber azzam di dalam hati suatu saat nanti aku pasti akan menjawab panggilan Allah ke tanah suci.

Masih kuingat dengan jelas saat itu. Pada tanggal 15 Oktober 2019, 4 orang guru termasuk aku dipanggil oleh kepala madrasah. Kumasuki ruang kepala madrasah dengan seribu tanya di dalam dada, ada apakah gerangan?. Karena sebelumnya tidak ada pemberitahuan khusus. Kuingat-ingat apakah dalam waktu satu Minggu ini ada pekerjaanku yang tidak beres, atau apa aku melakukan kesalahan. Kami berempat duduk di kursi tamu (aku, bu Wiwit, bu Isti dan pak Yono). Sebelum membuka percakapan ibu kepala madrasah menatap kami satu persatu, semakin bergetar dadaku. “Ada apa ini, sepertinya masalahnya cukup serius melihat tatapan dari ibu kepala dan bapak penasehat madrasah”. Batinku di dalam hati.

“Bapak ibu yang kami hormati, terimakasih kami ucapkan atas dedikasi dan komitmen Bapak/Ibu pada MI Khadijah selama ini’. Tutur ibu kepala madrasah membuka pertemuan kali ini. “Bapak/Ibu yang kami panggil disini sudah mengabdi pada MI Khadijah selama kurang lebih 15 tahun. Oleh karena itu sebagai penghargaan dari madrasah maka kami sebagai kepala dan penasehat madrasah ingin memberikan hadiah kepada panjenengan semua, hadiahnya apa monggo pada bapak penasehat madrasah Bapak Drs, H. Khusnul Fathoni, M.Ag kami persilahkan”. Lanjut Bu Saadah dengan tersenyum simpul. Dadaku semakin berdegup kencang, antara penasaran dan rasa senang. “Dapat hadiah, Alhamdulillah”, batinku bersorak girang.

            “Assalamualaikum warohmatullohi wabarokatuh, Bapak/Ibu yang kami hormati, seperti yang diketahui saya adalah Muthawif di biro perjalanaan umroh dan haji. Sebagai penghargaan atas komitmen Bapak/Ibu guru pada madrasah ini, maka kami bersepakat akan memberikan hadiah perjalanan umroh secara gratis kepada panjenengan semua”. Tutur pak Fathoni panjang lebar. Bergetar hebat dadaku mendengar kabar yang mengejutkan itu. Seolah tak percaya aku ulangi berita itu. “Benarkah itu Pak ?”, tanyaku dengan suara bergetar menahan tangis. “Subhannalloh wal hamdulillah walaa ilaa haillalloh Allohu akbar”, ucapku sambil sesenggukan dalam sujud syukurku. Kupeluk ibu kepala madrasahku dalam linangan airmata bahagia. “Terimakasih bu, terimakasih atas hadiahnya yang luar biasa ini,” ucapku berulang kali.

Segera aku kabari suami dan keluargaku. Mendengar kabar itu semua menangis haru dalam kebahagiaan. “Ya Allah aku tak menyangka secepat ini Engkau jawab doa kami terimakasih ya Allah”, mengharu biru doaku dalam sholat. Karena hanya aku yang menerima hadiah perjalanan umroh secara gratis, maka aku segera berembuk dengan suami. Kami putuskan suami ikut mendampingi perjalanan umrohku. Segera kami berhitung berapa dana yang harus kami siapkan. Termasuk biaya mengurus paspor, visa perjalanan dan suntik menginitis, karena itu tidak termasuk dalam hadiah tersebut.

Karena kami tidak pernah berpikir akan secepat ini pergi ketanah suci, maka tabungan kami kurang mencukupi. “Masih ada waktu 4 bulan lagi, Insyaallah Allah yang memanggil kita, Allah pula yang akan memudahkan dan memberi jalan”, ucap suamiku mantap menghibur kegundahan hatiku. Dan benarlah Allah memenuhi janjiNya kepada hambanya yang terpilih. Semua proses berjalan dengan lancar. Mulai dari pengurusan surat menyurat, cek kesehatan dan keuangan. Masyaallah segala puji hanya bagiMu ya Robb.

Akan tetapi Allah ingin menguji kesungguhan hati kami. Sehari sebelum keberangkatan kami, suamiku terkena radang tenggorakan. Panas tinggi kisaran 39-40 derajat celcius. Sehari semalam menggigil, segala obat penurun panas tidak mampu meredakan demamnya. Akhirnya malam hari pukul 20.00 wib sebelum besok keberangkatan kami, suamiku masuk UGD Panti Nirmala. Berbagai doa kurapalkan, “ya Allah berikanlah kesehatan kepada suamiku, lancarkan perjalanan ibadah umroh kami”, tangisku menghiba di sujud sholatku. Alhamdulillah Allah menjawab doaku,  hanya 3 jam di UGD suamiku diperbolehkan pulang.

Tanggal 19 Februari 2020. Dengan diantar anak, ibu dan kakak-kakakku kami berangkat. Kami akan transit dari kota Malang menuju Jakarta dan bermalam satu hari di sana.

Tanggal 21 Februari 2020 pukul 18.00 kami sudah berada di bandara Internasional Soekarno Hatta menuju Jeddah. Kulihat pesan yang masuk di handphoneku, pesan dari adikku, Di pesan itu ada gambar anakku yang terkecil sedang berbaring di bed rumah sakit UGD Aisiyah. Ada infeksi saluran usus, duh Gusti kuatkan hatiku menerima cobaan ini. Pantas saja saat mengantar kepergian kami, adik Bisma terlihat lesu dan muntah-muntah di mobil. Rupanya ada masalah di ususnya. Bapak muthawif menguatkan hati kami berdua. “Serahkan pada Allah yang Maha Kuasa”, pesan Beliau meredahkan gundah di hati.

            Malam hari pukul 21.00 kami tiba di Jeddah. Selanjutnya sekitar 3 jam meneruskan perjalanan ke kota nabi yakni Madinah Al Munawariyah. Sesampainya itu kami segera berbenah di hotel Province. Selanjutnya bergegas menunaikan sholat Isya di masjid nabi, masjid Nabawi. Rasa takjub dan syukur yang mendalam berkahwin di dalam hati. Menyaksikan untuk pertama kali masjid Nabawi. Masyaallah, sulit tergambarkan dalam kata pesona indahnya. Masjid yang bernuansa warna emas menyambut sepanjang mata. Masjid Nabawi memiliki luas 1.060 x 580 meter. Dengan luas yang sedemikian, masjid Nabawi mampu menampung 1 juta jamaah didalamnya, dan 800.000 jamaah di pelatarannya.

            Masjid Nabawi memiliki 85 pintu. Diatas setiap pintu terdapat plakat batu yang ditulis dalam Bahasa Arab. Yang artinya “Masuklah dengan damai dan aman”. Kalimat itu diambil dari ayat suci Al Qur’an surat Al Hijr ayat 46. Di pelataran masjid terdapat 250 payung yang dapat mengembang dan tertutup sendiri. Saat siang hari payung akan mengembang sempurna, memanjakan mata melihatnya. Konon pilar-pilar yang ada di dalam masjid dilapisi emas, terbayang betapa makmurnya negeri ini.

            Tempat yang menjadi tujuan para jamaah haji dan umroh selain masjid Nabawi adalah Raudhah. Raudhah atau taman surga adalah tempat antara makam Rosululloh dan mimbarnya saat Baliau berceramah. Rosululloh wafat di Madinah, dan Beliau berpesan untuk dimakamkan di tempat Beliau berpulang juga, yakni di rumah Aisyah istri Beliau tercinta. Raudhah ditandai dengan karpet dengan warna berbeda, yakni hijau tua.

 

 

 

 

 


Majelis Qur’an anak-anak di Nabawi

 

            Di sana dimakamkan pula dua sahabat Rosul tercinta, yakni Abu Bakar Asidiq dan Umar bin Khattab. Nabi pernah bersabda, dicatat di Shahih Bukhari diriwayatkan oleh Abu Hurairah, “Antara rumahku dan mimbar, ada potongan taman dan Surga”. Raudah adalah salah satu tempat yang mustajabah dalam doa. Perjuangan menuju Raudhah sangat luar biasa. Kami jamaah kota Malang didampingi oleh seorang guide Indonesia yang telah lama tinggal di sana. Karena Raudhah terletak di shaf jamaah pria, maka untuk jamaah putri hanya 3 kali dalam sehari di buka. Maka tak terbayangkan betapa banyaknya jamaah satu dunia yang ingin ziarah ke sana.

            Setiap jamaah memakai tanda yang berbeda. Hal ini untuk memudahkan kami mengenali teman satu jamaah. Pintu yang kami masuki untuk menuju ke sana adalah pintu nomer 25. Tapak kaki kami menuju Raudhah tidaklah semudah yang kami kira.. Setiap saat berhenti, untuk menunggu lokasi yang kami tuju berkurang jumlahnya. Hampir satu jam kami mengantre, setiap saat siap untuk berlari-lari. Dan akhirnya dengan peluh yang membanjiri, kami tiba di makam nabi.

 Shollu alann nabi, Allohumma sholli Alaa Muahammad. Makam baginda Rosulullah terletak di tengah-tengah, diapit oleh makam dua sahabat. Tak terkirakan rasa yang tergambar. Rasa rindu yang membuncah, syahdu, dan haru. Ya Rosul kami mengujungiMu, panggillah kelak saat kami di alam akherat. Agar kami dapat menatap cahya KerosululanMu. Airmata membanjiri bercampur dengan peluh menggenapi rasa haru biru. Tak kuhiraukan desakan dari sebelah kanan, kiri, belakang dan depanku.

             Guide memerintahkan kami membuat lingkaran dengan tangan tergenggam satu sama lainnya. Di tengah-tengah adalah jamaah kami yang berdoa dan sholat. Ini dilakukan agar jamaah aman dan tidak terinjak-injak jamaah lainnya saat sedang khusyuk berdoa. Kupanjatkan doaku dengan segenap rasa, “Ya Allah berikan kami kesehatan, dan izinkan kami kembali ke tanah suci”. Kututup doaku dengan rasa pasti.

            Selama di Kota Madinah kami mengunjungi makam Baqi’. Di pemakaman tersebut di semayamkan sahabat nabi diantaranya As’ad bin Zararah, Ustman bin Mazoun, Abdurrahman bin Auf dan Sa’ad bin Abi Waqqas. Sedangkan dari keluarga Rosululloh diantaranya Aisyah, Fatimah an-Zahra, Ruqoyyah , Zainab dan Ummi Kultsum.

            Kami juga mengunjungi Jabal Uhud, gunung yang dicintai Rosulullah. Mengingat nama Uhud mengingatkanku pada perang Uhud. Perang antara kaum Muslimin dan Kaum kafir Quraysi. Dimana pada saat itu tentara kaum Islam hanya berjumlah 700 sedangkan tentara kaum Quraysi berjumlah 3000 orang. Pada perang tersebut kaum muslimin mengalami kekalahan.  Disamping kalah dalam segi jumlah, sebab yang lainnya adalah karena sebagian tentara muslim tidak mendengarkan perintah Nabi Muhammad SAW. Dilokasi ini juga terdapat makan syuhada Uhud.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 


                                     Jabal Uhud, gunung yang dicintai Rosululloh

            Kunjungan kami selanjutnya adalah masjid Quba. Yakni masjid yang pertama kali didirikan saat Nabi Muhammad SAW datang ke Kota Madinah setelah hijrah dari Kota Mekkah. Masjid Quba terletak di tepi Kota Madinah.

            Selama 4 hari kami berada di kota nabi. Kami segera bersiap untuk menuju Mekkah Al Mukaromah. Kami mampir menuju Bir Ali untuk mengambil Miqat Makani sebelum melakukan ibadah umroh. Sejak berniat umroh berlaku pula larangan selama umroh. Misalnya memakai wangi-wangian, berkata kasar, bertengkar, membunuh binatang, memotong kuku, dan memakai baju yang berjahit bagi jamaah pria. Sepanjang perjalanan menuju Kota Mekkah kami melafalkan kalimat Thalbiyyah. “Labbaikaloohumma labbaik, labbaikalaa syariikalaka labbaik”. Aura umroh langsung terasa. Berbagai rasa bercampur membuat mata selalu berkaca-kaca.

            Sesampainya di Kota Mekkah sekitar pukul 03.00, kami segera bersiap untuk melakukan rangkaian ibadah umroh. Betapa rasa haru dan rindu yang selama ini terpendam di dada tumpah ruah. Saat memasuki pintu Masjidil Haram, kutatap lekat-lekat Ka’bah, Ya Robbi ini kah kiblatku selama ini. Begitu agung, dan bertebarkan aura kesucian. Kami terisak menapakkan kaki kami memutari Ka’bah. Dengan berbaris rapi kami segera melakukan thawaf mengelilingi Ka’bah sebanyak 7 putaran. Sepanjang putaran air mata berlinang mengiringi untaian doa Thawaf. Ya Allah kami datang memenuhi panggilanMu. Betapa agung dan nyata kuasaMu ya Ilahi,

            Rangkaian ibadah umroh selanjutnya adalah Sai. Sai adalah lari-lari kecil antara Bukit Shafa dan Bukit Marwa. Sebagai napak tilas dari ibunda Siti Hajar yang berjuang mencari air untuk buah hatinya nabi Ismail, AS. Sa’i adalah gambaran hidup manusia di dunia dalam berusaha. Secara sederhana, Sa’i mengajarkan makna yang dalam kepada kita, yaitu untuk tawakal dan ihktiar. Sa’i mengajarkan kita untuk pantang menyerah dalam menggapai segala mimpi. Namun selalu disertai tawakal dan berserah diri kepada Allah. Dalam surat Al Baqarah ayat 158 disebutkan tentang Shafa dan Marwa sebagai tempat yang di sucikan.

۞ اِنَّ الصَّفَا وَالْمَرْوَةَ مِنْ شَعَاۤىِٕرِ اللّٰهِ ۚ فَمَنْ حَجَّ الْبَيْتَ اَوِ اعْتَمَرَ فَلَا جُنَاحَ عَلَيْهِ اَنْ يَّطَّوَّفَ بِهِمَا ۗ وَمَنْ تَطَوَّعَ خَيْرًاۙ فَاِنَّ اللّٰهَ شَاكِرٌ عَلِيْمٌ     

Terjemahan

Sesungguhnya Safa dan Marwah merupakan sebagian syi‘ar (agama) Allah. Maka barangsiapa beribadah haji ke Baitullah atau berumrah, tidak ada dosa baginya mengerjakan sa‘i antara keduanya. Dan barangsiapa dengan kerelaan hati mengerjakan kebajikan, maka Allah Maha Mensyukuri, Maha Mengetahui.

Keesokan harinya kami bersiap untuk melakukan tapak tilas. Kunjungan yang pertama adalah bukit Jabal Rahmah. Bukit Jabal rahmah atau dikenal sebagai bukit cinta adalah tempat pertemuan antara Nabi Adam As dan Ibu Siti Hawa setelah mereka diturunkan ke dunia. Hawa terik menyelimuti. Jabal Rahmah terletak antara Makkah dan Thaif. Ditengah-tengah gunung terdapat menara sebagai simbol pertemuan antara Nabi Adam As dan Ibu Siti Hawa.

 

 

 

 

 

 

 


Suasana Jabal Rahmah, bukit cinta.

            Kunjungan selanjutnya adalah ke rumah Rosulullah, yang terletak tidak jauh dari Masjidil Haram. Saat napak tilas disana, kurang lebih pukul 10.00. Kami mengalami peristiwa langka. Hujan deras mengguyur Kota Mekkah. Karena tidak membawa payung, kami berteduh di sebuah perkantoran kawasan masjid. Disana kami mendapatkan payung yang dibagikan secara percuma. Alhamdulillah kami bisa melanjutkan perjalanan kembali. Rumah Rosul sekarang di bangun menjadi perpustakaan. Selain itu kami juga mengunjungi masjid Jin, pasar besi dan beberapa tempat sejarah lainnya.

 


 

 

 

 

 

Hujan deras mengguyur Masjidil Haram

 

            Tak terasa 10 hari kami berada di tanah suci. Seakan hati enggan untuk melangkah pulang. Andai tak kutinggalkan keluarga disana, ingin rasanya berlama-lama di tanah suci. Menikmati keanggunan Makkah Royal Clock Tower, menara-menara yang menjulang dari Masjidil Haram, dan berlama-lama bersimpuh di hadapan Ka’bah. Saat berada di Masjidil Haram, kami (aku dan suami) diberikan kesempatan oleh Allah untuk mencium Hajar Aswad. Masyallah suatu kesempatan yang langka.

            Ada beberapa kisah kecil yang menyelisip diantara ibadah umrohku. Saat berada di Madinah ada ibu-ibu setengah baya yang berlari memelukku sambil menangis. Beliau berasal dari Sulawesi. Ternyata Beliau terpisah dari rombongan. Buta aksara dan tak tahu arah. Akhirnya kuantarkan kembali ke hotel tempat Beliau bermalam. Begitupulah saat di Mekkah aku dan temanku menjumpai ibu-ibu yang terpisah dengan anaknya. Kami antarkan sampai ke depan kamar Beliau. Saat umroh aku dan suami menemani kakek-kakek dan nenek-nenek. Jadi kami mendampingi Beliau-Beliau yang disaat senja ingin beribadah ke tanah suci.

            Perjalanan spiritual yang luar biasa indah dan penuh makna. Saat mengenangnya seakan hatiku tergetar kembali. Memutar detik demi detik kenikmatan ibadah yang tiada tara. Semoga ibadah kami mabrur adanya. Ya Allah takdirkan kami menyambut panggilan suciMu kembali, bersama buah hati kami. Jadikan kami sebagai umat kekasihMu, yang kelak mendapatkan limpahan syafaatNya. Aamiin.

BIONARASI
Penulis Bernama Widya Setianingsih, S.Ag, lahir di kota Malang 29 September 1975.Putri dari Bapak Syarif (alm) dan Ibu Martini (alm)

Menjadi guru MI sejak tahun 2000, dan saat ini mengajar di MI Khadijah Malang. Menjabat sebagai Pimred majalah sekolah, dan ketua penggiat literasi madrasah. Penulis sangat menyukai dunia menulis dan dunia mendongeng.

Buku antologi yang sudah diterbitkan adalah Bukan Guru Biasa, Bahagianya menjadi Guru, Berjuta Cinta dengan Cerita, Sekuntum Puisi, Bumi 14 hari, Kumandang Kisah remaja, Kado untuk ibu dan Jejak Pena Pengembara Aksara.  Penulis dapat dihubungi melalui wa (085954558358), Ig. Widyabisma atau email widyabisma9@gmail.com

 

 

 

Peserta Selundupan yang Beruntung

Dering ponsel membuat jeda aktivitasku. Sebuah suara lembut menyapa syandu. “Halo sayang, bunda akan berkunjung ke Malang, bisakah kita bert...