Jumat, 12 November 2021

Ajari ku Melupakanmu.

 


 

 Cukup sudah, 

Kata cinta ini terlalu menyakiti. 

Mengoyak terburai lara. 


Usai sudah bait rindu ini, 

Terlalu usang. 

Mengusik hati yang mati rasa. 


Kucoba berdiri, 

dengan cinta yang kau ukir sendiri. 

Kau lukis dengan berjuta pelangi. 

Ternyata, 

Semua semu. 

Dusta dan omong kosongmu saja. 


Bagaimana mungkin? 

Setiap saat kutambah takaran cintaku. 

Dan kau hamburkan percuma. 

Di hembusan nafasku, kuanyam pintalan cinta dengan benang rasa percaya. 

Dan kau urai disetiap jalan.

Putus, terinjak, dan terkoyak. 


Aku bukan mentari, 

yang setia bertandang di pagi hari. 

Di pucuk-pucuk cakrawala, membentangkan birunya. 

Cukup sudah. 

Ku terlalu lelah bertahan. 

Bahkan berdiri saja ku tak mampu . 


Bagai sirine mercusuar, 

yang tak henti menyiarkan kabar. 

Tentang badai yang menyerang. 

Begitu pula sakit yang kau tusuk di hatiku. 

Berulang, lebih dalam, dan lebih menyakitkan. 


Aku tak pernah melihat langit sehitam ini. 

Mengundang hujan yang kian menderas. 

Petir yang buat pekak telinga. 

Dan kilat yang menukik tajam. 


Cukup sudah laraku. 

Tersiksa rasa pedih

Karena merindumu. 

Mematahkan sayapku

Mencungkil sadarku. 


Maka biarkan aku pergi.

Setidaknya agar sadar otakku. 

Bertahan tetap waras jiwaku.

Mencampakkan janji, 

yang terkikis oleh patah hati. 


Atas segala ulahmu

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Peserta Selundupan yang Beruntung

Dering ponsel membuat jeda aktivitasku. Sebuah suara lembut menyapa syandu. “Halo sayang, bunda akan berkunjung ke Malang, bisakah kita bert...