Sampai ke Ujung Pelangi
“Uhmmm,
coba kamu ada di sana Wiin..., kamu akan meleleh melihat senyum Kak Nathan”.
Cool, matcho dan bikin adeeem”. Curhat Elena berapi api sambil merem melek
mirip boneka Anabelle. Wina yang sedang ber hah hah kepedesan tidak begitu
menanggapinya. Baginya semangkok bakso berkuah pedas lebih menarik
perhatiannya, ketimbang mendengarkan Elena bercerita. Elena juga siih, bucin
(budak cinta). Padahal jelas-jelas Nathan itu ga pernah ada hati padanya. Siapa
sih yang tidak kenal Nathanael Kusuma Wardhana (busyet namanya kok kayak nama
kampus aja yaa...hi hi hi). Kakak kelas XII itu lengkap predikatnya. Kapten basket, pinter, tajir, terkenal
ganteng, bahkan menurut survey Nathan lover sebutan bagi para penggemar Nathan,
kegantengan Nathan adalah satu dari keajaiban dunia. Mereka menobatkan
Nathanael Kusuma Wardhana sebagai makhluk Tuhan yang paling ganteng se SMA 2
kota Malang. Mereka bahkan rela patungan mengumpulkan uang untuk membeli piala
yang bertuliskan award orang terganteng se SMA 2, gila ga sih. Trus gimana
dengan Nathan sendiri?. Nathan mah orangnya humble, kind dan baik ke semua
orang. Sikap itulah yang disalah artikan oleh cewek-cewek bucin. Menurut Wina
sendiri Nathan lovers itu bagaikan orang yang kakinya di bumi otaknya di bulan,
alias kagak nyambung terlalu berangan-angan.
Okay
guys sebelum kita lanjut kemana-mana kenalin dulu deh tokoh-tokoh berikut.
1. Edwina, cewek manis berkacamata minus. Aktivis majalah
sekolah, hobi membaca, sederhana, ramah, suka menabung, kalau besar
bercita-cita menjadi insinyur. Eits sorry-sorry kagak nyambung. Pokoknya Wina
nama panggilannya tipe cewek kutu buku dan anti banget dengan cinta. Dunianya
hanya seputar buku, perpustakaan, Elena dan gengnya. Ohya mereka punya geng
yang terdiri dari 4 orang, namanya geng Ambyar. Yaa mereka para generasi
penggemar mas Didi Kempot “Godfather of Brokenhearth”.
2. Elena, cewek tajir berkulit putih yang hobi dandan.
Kemana-mana bawa bedak, lipstik dan kipas angin elektrik. Jangan ditanya soal
kemampuan otaknya. Elena bergantung banget pada Wina soal pelajaran. Sebenarnya
kalau Elena mau mengajak otaknya berpikir tentang pelajaran sedikit saja
lumayan juga otaknya. Sayang otaknya dipenuhi cowok-cowok ganteng yang selalu
diuber-uber tapi tidak ada yang balik nguber Elena.
3. Tamo, penampilan kusut, jarang mandi dan malesnya ga
ketulungan. Sebenarnya nama panjangnya keren banget. Tian Agusta Moreno,
disingkat Tamo. Cowok indo blesteran yang ngakunya keturunan pangeran Charles.
Jangan bayangkan wajah Tamo seperti pangeran Wiliam atau pangeran Harry. Jika
kegantengan pangeran William dibagikan pada 50 orang, Tamo akan berada diurutan
paling akhir dengan bagian porsi paling kecil.
4. Dan anggota geng yang terakhir adalah Aji. Sesuai
dengan namanya Aji Pangestu Prabu, seorang jawa tulen yang masih berdarah
ningrat. Hobinya ga kalah unik. Memiliki hobi berpantun, dan nembang boso jowo.
Satu lagi hobinya yang bikin cewek sebel adalah merayu cewek-cewek dengan gaya
nembang. Gimana tidak sebel, Aji suka tidak tahu tempat jika ngerayu cewek.
Merayu di kantin, di pinggir jalan saat cewek targetnya sedang nungguin angkot,
bahkan saat cewek yang disukainya mau buang hajat ke toilet, Aji cegat untuk
merayunya. Bete kan, untung-untung tidak ngompol.
Baiklah
segitu dahulu perkenalan dengan geng Ambyar, berikut kisah mereka.
Sepagi
ini kelas XI sudah heboh. Beberapa kerumunan yang notabene penggemar Nathan
lovers sedang kasak kusuk. Ada beberapa yang histeris, bersedih, bahkan ada
yang menangis sesenggukan dipinggir lapangan, menangis berjamaah. Rupanya
beredar foto Nathan di medsos sedang menghadiri ulang tahun Tsabita, putri dari
ibu kepala sekolah. Tsabita sendiri sekolah di SMA lain. Usut punya usut
ternyata Tsabita adalah teman kecil Nathan saat SD. Dan kabarnya mereka resmi
berpacaran. Nathan menyatakan rasa cintanya pada ulang tahun Tsabita yang
ke-17. Dan gilanya deklamasi cinta itu mereka siarkan langsung melalui
instagram. Tentu saja Nathan lovers yang selalu mengikuti berita tentang Nathan
heboh menyaksikan siaran langsung itu. Dimana Elena? Jangan ditanya di mana
dia. Setelah menangis menghabiskan segepok tissue untuk melap air mata dan
ingusnya, Elena memimpin demo. Ya demo kepada kepala sekolah, karena anaknya
merebut Nathan dari mereka. Ibu kepala sekolah hanya geleng-geleng mendapatkan
serbuan murid-muridnya yang kebanyakan cewek.
“Kami
mohon kepada ibu kepala untuk tidak merestui hubungan Nathan dengan Tsabita
kami tidak setuju”, teriak Elena dengan semangat.
Murid-murid yang lainnya tak kalah serunya
berteriak-teriak.
“Bubarkan
mereka”.
“Bubarkan
sekolah”.
“Hapuskan
tugas sekolah”.
“Turunkan
uang Spp, turunkan harga beras”.
Dan
sebelum protes semakin ngaco satpam sekolah segera membubarkan kerumunan yang
semakin tidak jelas tersebut.
Sejak
insiden tersebut, berakhirlah masa kejayaan Nathan. Dan Nathan lovers
membubarkan diri masing-masing
“Teman-teman
seperjuangan. Kita sudah bersama dalam suka dan duka. Saat ini takdir berkata
kita harus memilih jalan kita masing-masing. Terimakasih atas kebersamaan yang
indah selama ini. Semoga kita tetap menjadi cewek-cewek cantik dan dipuja
cowok-cowok ganteng, semangat”. “Kita akhiri pertemuan kali ini dengan doa
bersama-sama, berdoa mulai”, Ucap Elena menutup pidatonya.
Edwina
beserta anggota gengnya tertawa terbahak-bahak menyaksikan kekonyolon Nathan
lovers.
“Memang
otak mereka itu terbuat dari opo to, kok ya sampai sebegitunya”, ujar Aji
disela-sela tawanya.
“Ya
kurang lebih sama lah dengan otakmu yang ga jelas merayu-rayu cewek”, cetus
Tamo sambil mencibir.
“Ya
jelas bedo to, aku kan berkelas ngerayunya dan bikin adem suasana”, Sahut Aji
tak mau kalah.
“Halaah,
berkelas apanya, buktinya sampai saat ini belum ada satupun cewek di sekolah
kita yang luluh karena rayuan gombalmu”, cetus Tamo sambil mencibir.
Dan
Ajipun garuk-garuk kepala sambil nyengir
kuda.
Hari itu
entah mimpi apa mereka semalam, 4 anggota grup ambyar dipanggil ke ruang BP.
Ruang BP terkenal horor, ruang terdakwa, ruang pesakitan atau entah apa lagi
sebutan bagi ruang BP. Hanya anak-anak yang bermasalah yang berurusan dengan
guru BP yang konon terkenal karena kegalakannya. Ibu tiri mah kalah dengan
kejamnya ibu BP, cuitan anak-anak yang pernah masuk ruang BP.
“Eh Win,
eloe kan terkenal anak baik-baik, anak pinter, aktivis malahan kok ikut-ikutan
dipanggil sih” kata Elena heran.
“Entahlah,
aku juga bingung kira-kira aku ada masalah apa ya”, sahut Wina sambil menggigit
bibir.
“ Yang
pasti kita semakin bersemangat kamu ikutan dipanggil Win”, kata Aji sambil
mengepalkan tangannya.
“Enak
saja, kalau dipanggil bersama karena prestasi itu keren. Kalau dipanggil karena
bermasalah, amit-amit deh”, sahut Wina dengan mengelus dada.”Kita lihat saja
nanti setelah kita menemui Bu Sukma”, sambung Wina lagi.
Mereka berempat segera bergegas menuju ruang BP. Ruangan
dengan nuansa hijau itu semakin dekat. Di kanan-kiri pintu masuk terdapat
tanaman hias yang ditata rapi. Ruangan yang hanya berukuran 5 meter x 4 meter
menjadi saksi pelanggaran dan kenakalan siswa-siswi. Sebenarnya tidak semua
anak yang dipanggil di ruang BP bermasalah. Terkadang ada pengarahan tentang
minat dan bakat. Konsultasi tentang jurusan, atau perguruan tinggi yang akan
diambil oleh siswa. Tetapi mindset ruang BP sebagai ruang pengadilan sudah
terlanjut beredar.
Ke empat anggota geng ambyar segera duduk di kursi ruang
tunggu. Mereka masuk satu persatu, menemui guru BP mereka Bu Sukma. Elena mendapat
giliran masuk pertama kali, dan setelah 30 menit Elena keluar dengan muka
sembab. Rupanya ada kejadian yang menyebabkan Elena menangis. Saat ditanya
Elena hanya menggelengkan kepalanya sambil berlari menuju kelas. Giliran selanjutnya Aji dan Tamo yang
dipanggil bersamaan. Selang beberapa saat kemudian mereka keluar dari ruang BP.
Sama dengan Elena walaupun tidak sampai menangis, muka mereka menunjukkan
kebetean yang hakiki (ceile) kusut masam. Saat ditanya mereka hanya berkata, “giliran
loe disuruh masuk ke ruangan bu Sukma”.
Dengan
perasaan campur aduk, Wina masuk keruangan Bu Sukma. Keringat dingin mengucur
deras di keningnya. Dibulatkan tekadnya, ia segera masuk keruangan BP.
“Selamat
malam Bu,” sapa Wina gemetar.
“Duduk”,
ucap bu Sukma dengan pandangan menelanjangi.
“Kamu
tahu kenapa teman-temanmu saya panggil,” lanjut Bu Sukma lagi
“Tahu
bu, karena mereka sering melanggar tata tertib, sering membolos, jarang
mengikuti pelajaran dan tidak pernah mengerjakan tugas dari guru”. “Kadang
mereka juga membuat onar di sekolah,” papar Wina panjang lebar
“Bagus,
kamu paham, sangat paham dengan kelakuan teman-temanmu. Mereka memang salah,
tapi yang paling bersalah diantara kalian adalah kamu,” cetus bu Sukma dengan
pandangan tajam menusuk hati.
Wina
segera mengangkat kepalanya dengan pandangan terkejut.
“Ke
kenapa saya Bu,” kata Wina dengan terbata.
“Ya,
kamu adalah orang yang paling bersalah diantara teman-temanmu. Kamu siswa yang
pandai mengapa pelit menularkan kepandaianmu kepada teman-temanmu. Kamu adalah
siswa yang patuh dan disiplin, tapi mengapa kamu hanya berdiam diri saat
temanmu melakukan pelanggaran, kamu adalah orang yang egois. “Kamu ingin merasa
pandai sendiri, disiplin, patuh sementara kamu rela teman-temanmu yang kau
anggap sahabatmu terpuruk, dicap anak bandel yang suka melanggar peraturan
sekolah.”Kamu benar-benar siswa yang egois,” tandas Bu Sukma.
Wina tergugu
mendengar ucapan bu Sukma. Hatinya sakit disebut siswa yang egois. Ia menangis
tersedu-sedu tanpa mampu mengeluarkan satu kata pembelaan.Selang beberapa saat bu
Sukma menghampiri Wina, dia mengelus rambut panjang Wina sambil berkata dengan
suara yang lebih lembut. “Nak, ibu berharap banyak padamu untuk merubah
teman-temanmu menjadi lebih baik. Tahukah kamu sejak lama ibu mengamati ikatan
persahabatan kalian, ibu merasa bangga. “Kalian ibarat pelangi yang memiliki
beragam warna, tapi bisa menyatu dalam keindahan”. “Tularkan semua segi positifmu
kepada teman-temanmu”. “Lakukan ini karena rasa cinta dan kasih sayang kepada
teman-temanmu, perkara berhasil atau tidak jangan dipersoalkan. Hal yang terpenting
kamu telah menunjukkan rasa cintamu kepada mereka. “Sanggupkah kamu melakukan
ini demi mereka, sahabat-sahabatmu”, nasehat bu Sukma penjang lebar.
Wina
segera berdiri memeluk bu Sukma. Sambil tersedu ia menyanggupi permintaan guru
BP tersebut. Hilang sudah anggapan negatif tentang bu Sukma selama ini. Bu
Sukma ternyata guru yang perhatian dan menyayangi murid-muridnya.
Dua hari
kemudian setelah insiden pemanggilan berjamaah, mereka berkumpul di sudut taman.
Mereka berdiskusi tentang banyak hal. Tentang sebuah janji, tentang sebuah
tekad memperbaiki diri. Janji-janji diikrarkan untuk menjadi lebih baik lagi dilangkah-langkah mereka
selanjutnya. Harapan dan mimpi-mimpi mereka lambungkan kelangit.
“Kita
pasti bisa gaes”, ucap Aji berapi-api.
“Bimbing
dan dampingi kami selalu ya Win,” ucap Elena melow.
“Pasti,
sampai ke ujung pelangi”, sahut Wina mantap.
Epilog
Bu Sukma
melipat surat dari salah satu muridnya dengan berkaca-kaca. Ingatannya segera
terbang 10 tahun yang lalu. Memanggil 4 siswanya ternyata tidak sia-sia.
Sekarang siswa-siswa badungnya telah mengukir prestasi yang membanggakan. Tamo telah
berhasil menjadi pengusaha muda yang sukses, Aji ningrat yang jago nembang
telah menduduki salah satu kursi di pemerintahan. Elena memiliki butik ternama
di ibukota, desainer muda yang berbakat itu headline yang tertulis di majalah
wanita. Dan muridnya yang kalem Wina, dia meneruskan bakatnya menjadi seorang
guru SMA yang dicintai siswanya.
“Terus
raih mimpimu nak, sampai ke ujung pelangi”, ucap bu Sukma penuh kebanggaan.
TANCAP GAS PUOLLL 👍👍👍💪😊👋
BalasHapusMaturnuwun mbokku.. Slng support ya
Hapusntapsoul 😁😁
BalasHapusMakasih adek, tokoh utama
Hapus