Dering ponsel membuat jeda aktivitasku. Sebuah suara lembut menyapa syandu. “Halo sayang, bunda akan berkunjung ke Malang, bisakah kita bertemu?”, ucap bunda Kanjeng mendayu. Senyum lebar tersaji di wajahku, rasa rindu seakan hadir merayu. “Bunda, aku juga rindu”, pasti akan kutunaikan rasa itu dalam temu.
Hari Sabtu, aku melaju menuju kota Batu. Bersama sahabat literasi yang menemaniku, kubawa semua rasa rinduku. Bismillah, jadikan ini sebagai bukti ikatan silaturahmi titah dari Tuhanku.
Aula luas nan megah tersaji di depan mata. Tak kaleng-kaleng daftar peserta yang berada di sana. Semua menghadirkan rasa kagum di dalam dada, ah apakah aku bisa berkawan dengan beliau semua. Suara hatiku berharap bertalu bergema.
Ternyata benar, seorang penulis itu memiliki warna senada. Benang merah langsung terkait seketika. Rasa jengah cair dalam riuh canda. Hatiku berbisik penuh harap, aku ingin menjadi bagian dari mereka. Penulis hebat yang slalu menjaga konsisten dalam dunianya.
Genggaman tangan bunda mengajak aku turut serta. Menuju aula luas nan megah berkarpet merah. Menjadi peserta selundupan membuat aku merasa jengah. Sesaat kami segera larut dalam paparan narasumber yang luar biasa. Wawasan ilmu penulis, pengalaman beliau menjadi penulis menggaung merotasi udara dalam aula. Motivasi yang diberi bangunkan rasa malas yang selalu bertahta semena. Tekadku pun seketika membuncah, aku akan membuat buku solo ketiga. Walaupun sekarang itu hanya sebatas wacana semoga langkah kaki ini selalu terjaga.
Beruntungnya aku, peserta selundupan yang hadir di ajang bergengsi kopdar penulis nusantara. Saat namaku dipanggil moderator dengan menggema. Untuk menerima hadiah berupa tanda mata.
Segera aku bergegas dengan cepat. Sebuah buku dari Pak Prof Ngainun kupegang dengan erat. Seakan tak ingin aku berpaling dari sampul bukunya walau sesaat. Semoga hadiah ini menjadi pengingat yang kuat. Untuk segera menulis buku solo dengan rikat.
Terimakasih atas ikatan yang tak bernama. Menerima orang baru ini tanpa memilah. Walaupun ilmu yang kupunya tak ubah seujung kuku jua. Tapi ketulusan beliau membuat dadaku bergetar penuh arupa rasa. Semoga Allah menjaga Anda semua dalam rindang kasih sayangNya.
Alhamdulillah, segala puji bagi Robbku yang maha kuasa. Beruntung aku dipertemukan dengan teman-teman baru. Saling mengingatkan untuk selalu rajin menulis sesuatu. Menggores kertas dengan melodi yang merdu. Semoga semangat yang membuncah hadirkan warna baru. Menghilir menguat dalam satu kata. Aku pasti bisa seperti mereka.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar