“Janganlah kamu membenci sesuatu
secara berlebihan bisa jadi kamu mencintainya”.
Layar virtual telah tersaji di depan mata. Wajah-wajah
sumringah satu-persatu mulai berlaga. Sesaat terdengar beberapa suara ramah
saling menyapa. Ada pula yang saling
bertukar kabar karena terlewat kesibukan yang begitu mendera. Sesaat
pandanganku terpaku pada sesosok wajah. Seraut wajah manis berkacamata, dengan
aksesoris headseat di kepala. Senyum mengembang ala artis yang tebar pesona.
Beberapa dari peserta rupanya kenal dengan dia. Dengan gaya renyah menjawab
semua sapa dari peserta dengan ramah.
Kuingat
wajah ini beberapa kali sering kutemui di layar zoom. Saat aku membawakan
acara, orang ini selalu nongol dan menguasai layar dengan semena. Rasa kurang sukaku
padanya semakin bertambah takarannya. Penilaianku gayanya sok keren dan sok iyess. Seketika
terpaku dalam benakku, “aku tidak suka dengan orang ini” ucapku.
”Siapa
sih dia, yang jadi host kan gue. Kenapa hampir di setiap acara orang ini selalu
nongol dengan seenaknya. Bikin mood gue menguap seketika”, batinku penuh rasa
jengkel. Belakangan baru kutahu kalau dia memang selalu dipinta teman-teman
untuk memback-up acara virtual. Karena dianggap teman-teman memiliki sinyal
yang paling kuat. (coz suka bawa tower kemana-mana, he he he he)
Rasa penasaran dan jengkel berkawin
menjadi satu. Tentu saja rasa jengkel tetap jadi pemenangnya. Kusimpan segala
rasa penasaran tentangnya dalam hati. Pun aku tak pula bertanya pada sobat
onlineku tentang siapa dia. Who is she?
Hingga
saat pertemuan kelas belajar selanjutnya. Tiga kali berturut-turut aku dipinta
founder kelas belajar untuk menjadi ketuanya. Bukan karena kemampuanku sih,
karena di atasku masih banyak langit yang melebihi potensiku. Aku anggap ini
sebagai amanah untuk men-challenge diriku dalam leadership. Rapat dan pertemuan ruang
virtual segera di gelar. Menentukan siapa yang jadi petugas dan narasumber di
tata dalam jadwal yang terencana. Bismillah, kelas sudah siap untuk dibuka.
Sebagai ketua pelaksana aku selalu berusaha memastikan kelas tidak kosong saat
jam belajarnya. Jika ada narsum yang tidak bisa, team sigap sat set wat wet meroling, menghubungi
dan reschedule ulang jadwal dengan tepat. Beruntung aku memiliki teman-teman
sigap yang bekerja tanpa pamrih dengan totalitas luar biasa.
Saatnya
perekrutan tim inti. Ada beberapa nama yang dimasukkan dengan usulan kawan
senior karena dianggap mampu dan bisa bekerjasama. Kukernyitkan keningku, saat
membaca “orang itu” ada dalam salah satu nama yang dimasukkan jadi panitia
inti.
“Beb,
ini banyak sekali orang baru di grup inti, bisa-bisa bukan jadi grup inti lagi ne”,
protesku pada Bintang sahabat karibku.
Bintang
menjawab dengan satu ucapan favoritnya, ha ha ha…iya.
Akupun
tak banyak bertanya lagi tentang dia, ga penting ucapku. Lagian dia juga jarang
melontarkan komentar di grup. Kuanggap “dia” hanya pelengkap saja. Hingga saat
kelas belajar hampir memasuki putaran akhir. Si Dia sudah dua kali tak menjalankan
tugasnya. Kemarahan dan timbunan rasa jengkel yang terpendam membuncah seketika.
Kulabrak Bintang yang kuanggap kenal dengannya.
“Beb,
siapa sih ne orang, enak banget menyerahkan tugasnya sebagai moderator pada
orang lain. Jadi orang ga bertanggung jawab banget dia. Sini bagi nomernya ke
aku, aku akan japri dia, liat saja akan kulibas dan kumarahin. Oh ya lain kali
jangan diberi kesempatan lagi untuk menjadi petugas. Heran, aku ga ada tanggung
jawabnya sama sekali, sudah ga pernah aktif di grup remehin tugas lagi” ucapku
marah pada sobatku.
Bintang
mencoba meredakan amarahku. Uniknya sobatku satu ini punya kemampuan seperti
es. Mampu mengademkan otak dan amarahku.
“Sudah
cinta..biar aku saja yang sampaikan. Dia sedang sibuk PPG, ga pa pa aku yang
akan hendel tugasnya,”ucap Bintang dengan intonasi lembut seperti biasa. Dalam
hati aku masih bertekad akan menegur dia dan memberi pelajaran. Karena tergerus
kesibukan akupun terlupa. Hal yang kemudian saat ini aku syukuri. He he he.
Mindseat
aku tetap bertahan dengan angkuhnya, si sok iyess yang banyak gaya. Ha ha ha
ha.
Si
Sok Iyess, yang kuketahui bernama Senja ini rupanya seorang ahli IT. (bahkan
sekarang kuketahui dia seorang yang multitalent). Saat kelas belajar mengadakan
acara Temu Penulis, aku dipercaya menjadi sie acara. Karena beberapa kesibukan
yang menyita, sang sekretaris kurang bergerak dengan cepat. Suatu hari dilayar
HP kulihat ada flyer yang tersaji. Hemm cukup bagus. Sesaat kuketahuinyang
membuat adalah si Dia. Berhubung yang membuat Senja dan dia tidak masuk dalam susunan
panitia, segera kucancel flyer itu dengan semena. “Maaf mohon tidak memakai
flyer ini, karena kita sudah memilki sekretaris yang dapat bekerja sesuai job
discnya”. Jika kuingat-ingat saat ini, aissh jahatnya aku.
Hingga
acara kopdar berlangsung, aku bertemu dengannya secara langsung. Aku melirik
sepintas gaya dan penampilannya. Untuk menjajagi fighting he he he. Heem
gayanya unik, berseragam batik tapi bawahannya celana bersepatu kets. Cool
banget. Kuacungin jempolku untuk memuji gayanya yang kurasa gila. Dalam hati ku
berkata, gile banget nee orang acara resmi beraninya bergaya santai.
Saat
membaca puisi lucu, Bintang menyodorkan namanya untuk mengganti seorang kawan
yang mendadak tak bisa. Karena situasi yang sudah mendesak, aku anggukkan
kepala dengan terpaksa. Itu pertama kali aku bicara dengannya sebagai seorang
kawan.
Semakin
kesini hubunganku dengannya menghilir seperti air. Bintang menawarkan kita
video call bertiga untuk membahas suatu acara. Baru terbukalah semua
pemikiranku tentangnya. Mindseatku tentangnya sok iyess, menguap seketika.
Setelah beberapa kali berkomunikasi dengannya, memang dia iyess kok. Gayanya
yang cool, menyembunyikan beragam talentanya yang luar biasa. Dan satu lagi
yang membuat aku segera klik dengannya. Level “edan” kami ternyata sama. Rupanya
Bintang tak pernah menyampaikan setiap keluh kesah kami masing-masing. Karena
Jingga rupanya juga memilki rasa sebel padaku, karena sikapku yang senioritas
dan cukup arogan. Bintang menyimpan
dengan rapat, dan memiliki misi untuk menyatukan kami berdua. Bintang berpikir
sebenarnya dua orang ini bisa klik
karena memiliki beberapa kesamaan.
Satu
pelajaran berharga yang kudapatkan, jangan cepat menilai orang dari penampilannya.
Bisa jadi dalam dirinya ada pijar yang akan
memberikanmu rasa hangat. Bertiga
kami akan melangkah mencocokkan setiap puzzle agar terkait dan bisa memberi
makna.
Pada
kalian sahabatku, kutitipkan hati ini untuk selalu merindu dan menghilir dalam
setiap temu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar