Rabu, 14 Juli 2021

Hampa


 Seorang pria separuh baya

Duduk di balkon  rumah mewah

Pandangan matanya berjalan menelusuri awan biru

Tatapan mata murung tanpa cahaya

Wajah  pucatnya menambah sendu


Andai ia mengangkat telunjuk

Seluruh dunia akan patuh pada titahnya

Dunia tergenggam erat dalam kuasanya


Harta...ia berlimpah ruah

Tahta... Ia berada dipuncak piramida

Lantas apakah arti wajah murung tanpa cahaya? 


Telah sekian lama ia merenung

Mengeja masa demi masa dengan bingung

Semakin berlimpah mengapa semakin tak bergairah

Semakin bertahta mengapa hatinya semakin hampa


Cinta.... 

Yaa hidupnya jauh dari kata cinta

Ia berlari mengejar mimpinya hanya untuk menaklukkan dunia

Otaknya hanya berisi ambisi harta, tahta tanpa wanita


Ha ha ha wanita

Masih tergambar dengan jelas ingatannya

Saat nurbaya menangis, bersimpuh dikakinya

Hanya untuk mengajaknya menikah


Tapi demi janji kejayaan

Ia diam tak bergeming membiarkan nurbayanya pergi

Membawa semua mimpi


Sejak itu ia berikrar diri

Menutup hidup dari jatuh hati

Persetan dengan cinta ujarnya

Aku bisa bahagia dengan apa yang aku punya


Tapi sekarang lihatlah ia meratapi sepi

Hartanya tak bisa mengobati saat dia sendiri

Tahtanya hanya tertawa saat dia berduka


Andai saja dulu kuterima nurbaya

Hidupku tak sesunyi ini ujarnya

Nurbaya yang menghidangkan secangkir kopi

Dengan senyum manis menawan hati

Di sebuah rumah kecil di ujung desa

Menyaksikan anak cucu bercanda tawa

Aahh pasti sungguh sedap rasanya


Tapi itu semua hanya impian 

Yang tak mungkin nyata

Ia semakin nelangsa

dengan tumpukan harta dan tingginya tahta

Akan kubawa kemana saat kumati

Sia-sia pilihan hidupku ini


Seorang pria separuh baya

Duduk di balkon rumah mewah

Pandangan matanya terpejam

 Tertutup awan hitam

Tatapan mata pilu menahan rindu

Wajah  pucatnya semakin sendu

2 komentar:

NDY

 NDY Netra jingga terbias jauh Untai baris kata dalam bait senja Riuh binar warnai lukisan rindu.  Dimensi afeksi tercipta saat kau hadir Wa...