Senin, 28 Juni 2021

Tersesat Dalam Rindu

 



Tersesat Dalam Rindu


Hai anak muda

Berapa kali kubilang padamu

Belum saatnya kau mengenal cinta

Hanya membuatmu terjerat rindu


Tapi seolah kupingmu tuli

Matamu buta

Kau terobos segala petuah

Mencibir, berlalu tiada peduli


Kini lihatlah dirimu

Kuyu, layu tersiksa rindu

Saat cinta menelikung ruang hati

Tercabik-cabik tinggallah perih


Bahkan kursi kau ajak berkelahi

Kau tendang kesana kemari

Bagai shaolin berlatih taichi

Hanya untuk melampiaskan hasrat hati



Lihat teman-teman sebayamu

Asyik bercanda tawa 

Mengomentari status ig kawan lainnya

Persetan apa itu rindu



Hai anak muda

Saat ini masamu berkarya

Menaruh asa dalam genggaman

Mengejar segala harapan 

Cuekin dulu apa itu cinta

Dimanakah Engkau Wahai Cinta

 



Dimanakah Engkau Wahai Cinta


Wahai cinta dimanakah engkau berada

Ku mencari diantara asap mesiu 

Kusisiri sepanjang puing berdebu

Tapi tak kutemukan jua


Tataplah kami

Tubuh kami perih menahan luka berdarah

Anak-anak lari bertelanjang kaki

Menatap nanar pada langit yang semakin memerah


Mata- mata itu beringas

Wajah-wajah itu buas

Mendendangkan kidung kematian

Meninabobokan semua kenangan


Wahai cinta kenapa engkau diam membisu

Bibirku semakin kelu dan membiru

Entah berapa tetes airmata tertumpah

Dan kini tlah berganti darah


Akhirnya aku menemukanmu cinta

Disudut jalan bangunan tua

Kau menikam dirimu dengan nafsu serakah

Tergeletak tak bernyawa dikalahkan angkara murka

Sabtu, 26 Juni 2021

Cinta Selalu Benar

 



Cinta Selalu Benar


Setangkup roti berselai cokelat

Kukirimkan bersama secangkir rindu

Dengan  anganku yang semakin berkarat

Untuk membuka pintu hatimu


Kau yang selalu terlihat indah

Tahukah kau telah membunuhku

Meracuni setiap inci plasma darahku

Dengan segala pesonamu yang  bergairah 


Tapi malam ini sepertinya hujan menderas

Walau awan tak berani melintas

Kuberanikan mulutku berkata cinta padamu

Tapi, kau hanya menggeleng dan berlalu. 


Kamu selalu benar cinta

Tak pernah mau di salahkan

Walaupun hatiku remuk  sengsara

Tapi kau tetap tertawa dengan jumawa



Setangkup  roti berselai cokelat

Tergeletak di mejaku

Busuk berbau tanpa hasrat

Sinis menertawakan rinduku

Peserta Selundupan yang Beruntung

Dering ponsel membuat jeda aktivitasku. Sebuah suara lembut menyapa syandu. “Halo sayang, bunda akan berkunjung ke Malang, bisakah kita bert...