Rabu, 22 Maret 2023

OJO DUMEH (Don’t Just book from the Cover)


“Janganlah kamu membenci sesuatu secara berlebihan bisa jadi kamu mencintainya”.

Layar virtual telah tersaji di depan mata. Wajah-wajah sumringah satu-persatu mulai berlaga. Sesaat terdengar beberapa suara ramah saling  menyapa. Ada pula yang saling bertukar kabar karena terlewat kesibukan yang begitu mendera. Sesaat pandanganku terpaku pada sesosok wajah. Seraut wajah manis berkacamata, dengan aksesoris headseat di kepala. Senyum mengembang ala artis yang tebar pesona. Beberapa dari peserta rupanya kenal dengan dia. Dengan gaya renyah menjawab semua sapa dari peserta dengan ramah.

Kuingat wajah ini beberapa kali sering kutemui di layar zoom. Saat aku membawakan acara, orang ini selalu nongol dan menguasai layar dengan semena. Rasa kurang sukaku padanya semakin bertambah takarannya. Penilaianku  gayanya sok keren dan sok iyess. Seketika terpaku dalam benakku, “aku tidak suka dengan orang ini” ucapku.

”Siapa sih dia, yang jadi host kan gue. Kenapa hampir di setiap acara orang ini selalu nongol dengan seenaknya. Bikin mood gue menguap seketika”, batinku penuh rasa jengkel. Belakangan baru kutahu kalau dia memang selalu dipinta teman-teman untuk memback-up acara virtual. Karena dianggap teman-teman memiliki sinyal yang paling kuat. (coz suka bawa tower kemana-mana, he he he he)

            Rasa penasaran dan jengkel berkawin menjadi satu. Tentu saja rasa jengkel tetap jadi pemenangnya. Kusimpan segala rasa penasaran tentangnya dalam hati. Pun aku tak pula bertanya pada sobat onlineku tentang siapa dia. Who is she?

Hingga saat pertemuan kelas belajar selanjutnya. Tiga kali berturut-turut aku dipinta founder kelas belajar untuk menjadi ketuanya. Bukan karena kemampuanku sih, karena di atasku masih banyak langit yang melebihi potensiku. Aku anggap ini sebagai amanah untuk  men-challenge diriku dalam leadership. Rapat dan pertemuan ruang virtual segera di gelar. Menentukan siapa yang jadi petugas dan narasumber di tata dalam jadwal yang terencana. Bismillah, kelas sudah siap untuk dibuka. Sebagai ketua pelaksana aku selalu berusaha memastikan kelas tidak kosong saat jam belajarnya. Jika ada narsum yang tidak bisa, team sigap sat set wat wet meroling, menghubungi dan reschedule ulang jadwal dengan tepat. Beruntung aku memiliki teman-teman sigap yang bekerja tanpa pamrih dengan totalitas  luar biasa.

 

Saatnya perekrutan tim inti. Ada beberapa nama yang dimasukkan dengan usulan kawan senior karena dianggap mampu dan bisa bekerjasama. Kukernyitkan keningku, saat membaca “orang itu” ada dalam salah satu nama yang dimasukkan jadi panitia inti.

“Beb, ini banyak sekali orang baru di grup inti, bisa-bisa bukan jadi grup inti lagi ne”, protesku pada Bintang sahabat karibku.

Bintang menjawab dengan satu ucapan favoritnya, ha ha ha…iya.

Akupun tak banyak bertanya lagi tentang dia, ga penting ucapku. Lagian dia juga jarang melontarkan komentar di grup. Kuanggap “dia” hanya pelengkap saja. Hingga saat kelas belajar hampir memasuki putaran akhir. Si Dia sudah dua kali tak menjalankan tugasnya. Kemarahan dan timbunan rasa jengkel yang terpendam membuncah seketika. Kulabrak Bintang yang kuanggap kenal dengannya.

“Beb, siapa sih ne orang, enak banget menyerahkan tugasnya sebagai moderator pada orang lain. Jadi orang ga bertanggung jawab banget dia. Sini bagi nomernya ke aku, aku akan japri dia, liat saja akan kulibas dan kumarahin. Oh ya lain kali jangan diberi kesempatan lagi untuk menjadi petugas. Heran, aku ga ada tanggung jawabnya sama sekali, sudah ga pernah aktif di grup remehin tugas lagi” ucapku marah pada sobatku.

 

Bintang mencoba meredakan amarahku. Uniknya sobatku satu ini punya kemampuan seperti es. Mampu mengademkan otak dan amarahku.

“Sudah cinta..biar aku saja yang sampaikan. Dia sedang sibuk PPG, ga pa pa aku yang akan hendel tugasnya,”ucap Bintang dengan intonasi lembut seperti biasa. Dalam hati aku masih bertekad akan menegur dia dan memberi pelajaran. Karena tergerus kesibukan akupun terlupa. Hal yang kemudian saat ini aku syukuri. He he he.

Mindseat aku tetap bertahan dengan angkuhnya, si sok iyess yang banyak gaya. Ha ha ha ha.

 

Si Sok Iyess, yang kuketahui bernama Senja ini rupanya seorang ahli IT. (bahkan sekarang kuketahui dia seorang yang multitalent). Saat kelas belajar mengadakan acara Temu Penulis, aku dipercaya menjadi sie acara. Karena beberapa kesibukan yang menyita, sang sekretaris kurang bergerak dengan cepat. Suatu hari dilayar HP kulihat ada flyer yang tersaji. Hemm cukup bagus. Sesaat kuketahuinyang membuat adalah si Dia. Berhubung yang membuat Senja dan dia tidak masuk dalam susunan panitia, segera kucancel flyer itu dengan semena. “Maaf mohon tidak memakai flyer ini, karena kita sudah memilki sekretaris yang dapat bekerja sesuai job discnya”. Jika kuingat-ingat saat ini, aissh jahatnya aku.

 

Hingga acara kopdar berlangsung, aku bertemu dengannya secara langsung. Aku melirik sepintas gaya dan penampilannya. Untuk menjajagi fighting he he he. Heem gayanya unik, berseragam batik tapi bawahannya celana bersepatu kets. Cool banget. Kuacungin jempolku untuk memuji gayanya yang kurasa gila. Dalam hati ku berkata, gile banget nee orang acara resmi beraninya bergaya santai.

 

Saat membaca puisi lucu, Bintang menyodorkan namanya untuk mengganti seorang kawan yang mendadak tak bisa. Karena situasi yang sudah mendesak, aku anggukkan kepala dengan terpaksa. Itu pertama kali aku bicara dengannya sebagai seorang kawan.

 

Semakin kesini hubunganku dengannya menghilir seperti air. Bintang menawarkan kita video call bertiga untuk membahas suatu acara. Baru terbukalah semua pemikiranku tentangnya. Mindseatku tentangnya sok iyess, menguap seketika. Setelah beberapa kali berkomunikasi dengannya, memang dia iyess kok. Gayanya yang cool, menyembunyikan beragam talentanya yang luar biasa. Dan satu lagi yang membuat aku segera klik dengannya. Level “edan” kami ternyata sama. Rupanya Bintang tak pernah menyampaikan setiap keluh kesah kami masing-masing. Karena Jingga rupanya juga memilki rasa sebel padaku, karena sikapku yang senioritas dan cukup arogan.  Bintang menyimpan dengan rapat, dan memiliki misi untuk menyatukan kami berdua. Bintang berpikir sebenarnya  dua orang ini bisa klik karena memiliki beberapa kesamaan.

 

Satu pelajaran berharga yang kudapatkan, jangan cepat menilai orang dari penampilannya. Bisa jadi dalam dirinya ada pijar yang akan  memberikanmu  rasa hangat. Bertiga kami akan melangkah mencocokkan setiap puzzle agar terkait dan bisa memberi makna.   

 

Pada kalian sahabatku, kutitipkan hati ini untuk selalu merindu dan menghilir dalam setiap temu.

 

 

 

 

 

 

 

Senin, 13 Maret 2023

SENJA

 SENJA



Senja hari ini terlalu jingga

Membias menutupi pucuk cemara

Lentik sinar emasnya

Membawa kerudung malam

Mengkidungkan rintihan nan sepi. 


Senja ini aku pulang

Akankah tari sukma menyambut lara? 

Menutup luka perih

Mencumbui sunyi

Dalam keagungan Sang Dewi. 



Bulan edari sang perawan

Menciduk hati yang hampa

Setenggak harapan yang pernah ditawarkan

Menguap ditimpali lukisan malam. 


Kepakan camar tarikan rintih malam 

Mejingga di siluet mata dewa

Nanar menatap pemilik hati,

yang kosong setia menunggui pagi. 


Senja tak pernah ingkar janji

Melingkupi senyap temaram  

Esok kan bawa sejumput pagi

Menghadirkan riuh lukisan

Berwarna-warni.

Peserta Selundupan yang Beruntung

Dering ponsel membuat jeda aktivitasku. Sebuah suara lembut menyapa syandu. “Halo sayang, bunda akan berkunjung ke Malang, bisakah kita bert...